Galangan Perlu Siapkan Diri Hadapi AEC 2015

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

PENGELASAN PERTAMA - Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kemenperin Budi Darmadi melakukan pengelasan pertama pada acara peletakan lunas (keel laying) kapal perintis baru tipe 1.200 GT pesanan Kemenhub di galangan PT Mariana Bahagia, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (25/10) -tubasmedia.com/sabar hutasoit

PALEMBANG, (tubasmedia.com) – Pelaksanaan masyarakat ekonomi asean (asean economic community/aec) pada 2015 hendaknya menjadi perhatian bagi industri galangan nasional. Mengingat saat ini negara-negara Asean tengah mempersiapkan diri untuk meningkatkan daya saing. Termasuk juga Indonesia.

“Untuk itu, pengembangan industri galangan harus didukung ke depannya, sehingga mampu bersaing saat menghadapi AEC 2015,” kata Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Budi Darmadi, saat peluncuran satu unit kapal perintis ‘Sabuk Nusantara 41’ sekaligus peletakan lunas (keel laying) kapal perintis kedua pesanan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) di galangan PT Mariana Bahagia, Palembang, Sumatera Selatan, pekan silam.

Kedua kapal perintis untuk melayani jalur pulau-pulau terpencil dan terluar pada wilayah perbatasan Indonesia tersebut, menggunakan anggaran Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut (Ditlala) Kemenhub pada 2013 dan 2014, dengan nilai investasi Rp48 miliar per unit. Sedangkan ‘Sabuk Nusantara 41’ memakai anggaran pada 2012. Dua unit kapal tersebut termasuk tipe 1.200 gross tonnage (GT).

Hadir pada acara tersebut, Direktur Industri Maritim Kedirgantaraan dan Alat Pertahanan (IMKAP) Kemenperin Hasbi Assiddiq Syamsuddin, Direktur Industri Alat Transportasi Darat (IATD) Kemenperin Soerjono, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kemenhub Adolf R Tambunan, Direktur Utama PT Mariana Bahagia Johnson W Sutjipto, Ketua Umum Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) Tjahjono Roesdianto serta instansi terkait lainnya.

Menurut Budi, saat ini kebutuhan kapal perintis sebagai sarana konektivitas antar pulau terpencil dan terluar pada wilayah perbatasan Indonesia, masih sangat diperlukan.

“Kita menyambut baik upaya Kemenhub ini, terutama untuk terus mengusahakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), mengingat konektivitas mampu meningkatkan daya saing,” katanya.

Budi berharap, galangan nasional seperti PT Mariana Bahagia dapat memanfaatkan peluang dan kerja sama Asean ini dengan sebaik mungkin, karena galangan yang bermarkas di Palembang ini sudah mampu melakukan ekspor beberapa unit kapal.

“Kita juga berharap ada galangan nasional yang mampu ekspansi di negara luar pada kawasan Asean,” tegasnya.

Apalagi pasca implementasi UU Minerba, sambung Dirjen IUBTT, akan banyak lagi instansi yang membutuhkan kapal.“Jumlah kapal juga akan semakin bertambah, karena ada larangan ekspor Minerba, sehingga nantinya bakal banyak lagi kapal yang wara wiri di wilayah perairan Indonesia,” hitung Budi.

Di sisi lain, peluang kapal yang docking juga akan meningkat, di mana pasca implementasi Instruksi Presiden (Inpres) No 5 tahun 2005 tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional saja telah terjadi lonjakan jumlah kapal yang cukup signifikan mencapai 12.000 unit.

“Karenanya, kita tidak perlu lagi mereparasi kapal harus keluar negeri,” tekan Budi.

Jangan Jago Kandang

Di tempat sama, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kemenhub, Adolf Tambunan, menambahkan menghadapi tingkat persaingan pasca AEC pada 2015, industri galangan domestik jangan hanya jadi jago kandang.

“Galangan kapal nasional jangan hanya jadi jago kandang, tapi perlu masuk ke wilayah regional, sehingga mampu melahirkan juara-juara (champions) di kawasan Asean,” katanya saat membacakan sambutan.

Pembangunan kapal perintis ini, sambungnya, adalah amanat UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran. Yakni, kewajiban pemerintah menyediakan sarana transportasi bagi daerah terpencil, tertinggal dan wilayah perbatasan.

Saat ini, Indonesia butuh sekitar 100 rute perintis, dari yang ada 80 trayek – 36 kapal di antaranya milik negara dan sisanya milik swasta yang harus ditingkatkan kualitasnya agar lebih layak dan manusiawi.

Sebanyak 18 kapal kini sedang dibangun di galangan lokal, di mana 11 di antaranya akan selesai tahun ini dan beroperasi pada awal 2014.“Tujuh kapal baru di antaranya tengah mulai dibangun,” ujar Adolf.

Menurut Direktur Utama PT Mariana Bahagia, Johnson W Sujipto, kapal itu memiliki panjang 62,8 meter, lebar 12 meter dan bermesin 2 x 1.000 HO. Sehingga mampu melaju pada kecepatan 12 knot. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS