Debat Politik Bukan Jalan Keluar Entaskan Kemiskinan

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

NEGERI ini dengan berbagai progam tengah bergelut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Biro Pusat Statistik (BPS) tahun ini merelease bahwa jumlah penduduk miskin berjumlah 30,02 juta jiwa. Progam pemerintah telah banyak dilakukan untuk membantu mereka melalui progam jaring pengaman sosial (social safety net), yang antara lain dilakukan dengan cara memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk kelompok yang miskin, dana BOS di lingkungan pendidikan dan progam lain yang dilakukan pemerintah daerah.

Pembangunan di bidang ekonomi yang dijalankan oleh pemerintah pada dewasa ini di sektor pertanian, perikanan, perkebunan, industri dan pertambangan, hakekatnya ditujukan selain untuk mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, juga dimaksudkan untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan.

Seharusnya tidak semua masalah kemiskinan menjadi tanggung jawab pemerintah. Rasanya tidak fair kalau seluruhnya dibebankan hanya kepada pemerintah. Masyarakat, terutama golongan yang mampu juga secara sukarela diharapkan dapat berkontribusi mengatasi masalah kemiskinan yang terjadi di negeri ini.

Progam filantropis yang dikelola berbagai yayasan, zakat, infaq dan sodaqoh (ZIS) dapat menjadi kontributor sekaligus fasilitator progam pengentasan kemiskinan di Indonesia. Hampir mustahil rasanya kalau masalah kemiskinan di Indonesia tidak bisa diatasi. Risih kalau setiap tahun kita dengarkan dendang nyanyian dengan judul yang sama, yaitu “kemiskinan”.

Diskusi, seminar, debat publik melalui parlemen maupun talk show sering digelar bahkan berbagai media getol membicarakan kemiskinan. Celakanya, semua bernada sumbang. Diskusi dan seminar yang digelar kalau dicermati isinya menghujat, menyalahkan dan celakanya lagi, begitu ditanyakan apa resepnya, semua menjawab dengan nada tinggi, “pemerintah perlu membuat terobosan mengatasi kemiskinan dan pengangguran”.

Ini saja jawabannya. Standar sekali bukan??? Masalah kemiskinan memang tidak bisa diselesaikan dari seminar ke seminar. Siapa suruh??? Mengatasi kemiskinan butuh konsepsi yang baik, dikembangkan dengan semangat idealisme dan pengorbanan. Tidak bisa mengatasi masalah kemiskinan hanya melalui debat politik yang buang-buang energi.

Progam mengatasi kemiskinan yang paling murah adalah si kaya membantu si miskin atau si pandai membantu yang bodoh. Idealisme dan pengorbanan yang diperlukan untuk mengatasi kemiskinan di negeri ini bukan sesuatu yang berada di menara gading dan bukan pula yang diada-adakan. Idealisme dan pengorbanan tersebut sesungguhnya adalah sebuah realita yang sudah terjadi di masyarakat.

***

Masalahnya mungkin, progam-programnya tidak pernah terpublikasikan dan bisa juga para pihak memang tidak suka untuk dipublikasikan, apalagi sekedar untuk pencitraan. Idealisme dan pengorbanan sangat dibutuhkan untuk menyelenggarakan progam pengentasan kemiskinan. Konsepsinya tidak dapat bersifat ad hoc dan jangka waktunya pendek. Selama kemiskinan masih ada, maka progam-program antibodinya harus tetap berjalan dan di saat itu pula, idealisme dan pengorbanan tetap diperlukan kehadirannya untuk ikut mengatasi masalah kemiskinan. Percayalah, pemerintah tak akan pernah bisa menyelesaikan sendiri persoalan kemskinan ini tanpa melibatkan para sang idealis dan sang pengorban termasuk sekelompok masyarakat yang tergolong kaya dan mampu. Sudah waktunya pemerintah berkolaborasi dengan para tokoh. Jangan lagi kerja sendiri-sendiri untuk mengatasi kemiskinan.

Jangan sok jagoan mengatasi kemiskinan hanya memikul sendiri tanggung jawabnya. Jika di-share dengan masyarakat yang mampu, pasti masalah kemiskinan bisa diatasi. Idealisme dan pengorbanan hakekatnya sebuah instrumen untuk mengakselerasi pengentasan kemiskinan di negeri ini.

Mengentaskan kemiskinan tidak cukup hanya mengandalkan progam yang bersifat charity, memanjakan dan meninabobokan si miskin. Idealisme dan pengorbanan diperlukan kehadirannya karena di pundak mereka diharapkan dapat dirancang progam bersifat produktif dan edukatif, targeted dan tepat sasaran.

Indonesia rasanya banyak memiliki tokoh semacam Muhammad Yunus di Bangladesh, pemenang hadiah nobel perdamaian dan pendiri Grammen Bank. Dalam bukunya berjudul “Bisnis Sosial”, Sistem Kapitalisme Baru Yang Memihak Kaum Miskin, banyak ide cemerlang yang dikemukakan dan dipraktekkan dalam mengatasi kemiskinan.

Apa yang diungkapkan sarat dengan semangat idealisme dan pengorbanan (pikiran, waktu, tenaga bahkan uang) untuk membuat konsep baru dan progam unggulan yang dapat memecahkan masalah kemiskinan. Salah satu yang dilakukan adalah ketika dia harus berada bersama masyarakat yang sedang menderita di Jobra, kawasan pedesaan tak jauh dari Chitagong University dan entah bagaimana mencari sesuatu yang dapat diperbuat bagi mereka.

Yang dia harapkan hanyalah membuat dirinya berguna, setidaknya bagi satu orang per hari. Pengabdian semacam ini tak akan pernah terjadi tanpa didukung oleh semangat idealisme dan pengorbanan. Konsep perekonomian yang konvensional, tradisional, cuma sesuatu yang hampa ketika berhadapan dengan kelaparan dan kemiskinan yang meluluhlantakkan semuanya. Inilah suatu bukti dan pertanda bahwa progam pengentasan kemiskinan tidak bisa hanya dijalankan dengan menyediakan dana besar melalui anggaran pemerintah.

Namun harus ditopang dengan semangat idealisme dan pengorbanan. Sebagai sumbang saran dapat disampaikan beberapa usul:

1) Progam pengentasan kemiskinan sebaiknya tidak dikerjakan oleh pemerintah sendiri di lapangan karena begitu kompleksnya permasalahan yang ada dan kondisinya berbeda-beda di beberapa daerah. Di samping itu, pemerintah tak cukup punya waktu untuk menjadi fasilitator di lapangan yang durasinya cukup panjang.

2) Pelaksanaan APBN yang dialokasikan untuk progam pengentasan kemiskinan (mulai dari konsep dan implementasinya sampai pengendaliannya), ditugaskan saja ke perguruan tinggi negeri/swasta sebagai bentuk pengejewantahan progam tri dharma perguruan tinggi.

3) Dilakukan body contest terhadap perguruan tinggi yang akan mendapat tugas yang masing-masing diminta menyampaikan konsep dan rencana kerja serta hasil yang diharapkan.

4) Bekerjasama dengan lembaga-lembaga nirlaba atau yayasan-yayasam yang proper dan dinilai berhasil mengelola dana filantropis dan yang progam utamanya berfokus kepada pengentasan kemiskinan.

Terakhir, BPS tiap tahun me-release statistik dengan benar tentang capaian dari pelaksanaan progam tersebut. Bukan hanya me-release naik turunnya angka kemiskinan seperti yang sering diumumkan selama ini. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS