Baja Nasional Dihantam Produk Asing, Apa yang Terjadi?
Oleh: Sabar Hutasoit
BERITA yang tidak mengenakkan akhir-akhir ini menggema dari sektor industri. Disebut oleh berita itu bahwa baja asal China menghantam baja produk dalam negeri, alias baja nasional keok saat berhadapan dengan baja yang didatangkan dari negeri tirai bambu.
Baja nasional yang dikenal dengan nama Krakatau Steel itu tidak lagi kuat berdiri sebagai tuan di negeri sendiri. Baja kita klapak..klapak..menghadapi saingannya dari negeri China.
Lalu apa yang terjadi ? apa penyebabnya?
Bukankah Indonesia sudah menguasai teknologi, menguasai bahan baku, menguasai infrastruktur dan lain sebagainya? Bahkan dengan bangga kita sudah gembar-gembor memasuki era revolusi industri 4.0. Lalu apa yang kurang sehingga kita harus dihantam produk asing ?
Sebagai sebuah negara, Indonesia juga juga memiliki lembaga yang dibutuhkan meningkatkan mutu dan daya saing produk nasional. Sebutlah misanya, Indonesia memiliki Kementerian Ristek dan Teknologi.
Di Kementerian Perindustrian juga sebagai lembaga negara yang diberi kepercayaan membina sektor industri, juga dilengkapi dengan institusi-institusi yang khusus meningkatkan mutu dan daya saing seluruh produk nasional.
Sebutlah misalnya, di Kementerian Perindustrian ada Badan Peneliti dan Pengembangan Industri (BPPI) yang khusus berperan meneliti lalu mengembangkan industri. Juga ada badan yang meningkatkan pendidikan sumber daya manusia industri yang diberi mandat menerbitkan sertifikasi kompetensi para pekerja yang mendapat pendidikan di kampus-kampus binaan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI).
Biaya yang dikucurkan juga untuk menajalankan roda lembaga-lembaga tersebut tidak sedikit jumlahnya. Cukup wah…
Nah, andaikata dipadukan antara kemampuan Menteri Ristek dan Teknologi dengan badan yang ada di kemenperin ditambah lagi dengan kepiawaian para tenaga ahli yang ditempatkan di lembaga-lembaga tersebut, rasanya produk Indonesia, jangankan unggul di negeri sendiri, merambah ke negeri seberang-pun sudah tidak diragkan lagi. Tapi nyatanya, jauh panggang dari api. Di rumah sendiri pun produk kita dibuat tak ada nyali oleh produk asing. Memprihatinkan! Di tengah gencarnya kampanye kita tentang revolusi industri 4.0, disitu pula produk kita dipecundangi asing.
Kekuatan yang ada pada Kemenristek jika digabung dengan kekuatan yang ada di Kemenperin dan jajarannya, mustahil produk Indonesia jadi bulan-bulanan asing.
Lalu dimana kesalahannya?
Tidak kurang dari Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai faktor ketertinggalan teknologi produksi sebagai penyebab industri nasional gagal bersaing dengan industri global.
Wapres mencontohkan kerugian perusahaan nasional, PT Krakatau Steel, yang terjadi karena masih memakai teknologi yang usang dalam produksi bajanya.
Wapres membandingkan teknologi PT Krakatau Steel dengan perusahaan baja asal China yang menurutnya lebih maju dalam hal teknologi.
Krakatau Steel masih pakai teknologi lama, teknologi Jerman tapi usang. Makin banyak yang diproduksi, makin susah bersaing karena kalah sama teknologi baru China yang simpel.(penulis adalah serorang wartawan)