Bagaimana Seharusnya Menyikapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

MASYARAKAT Ekonomi ASEAN (MEA) akan terjadi pada akhir 2015. Semua kita pasti sudah tahu dan pasti ada yang belum mengerti. Lepas dari sudah tahu atau belum, maka kita harus bersikap. Paling elegan dan paling bijaksana, sikap yang patut kita ambil adalah biasa-biasa saja dan jangan menganggap ada sesuatu yang dianggap luar biasa ketika MEA berjalan. Mengapa harus dengan cara demikian menyikapinya?

Jawaban atas penyikapnnya dikondisikan sendiri berdasarkan cara pandang yang bersifat subjektif penulis opini ini dengan tujuan agar masyarakat tidak bersikap apriori setuju atau menolak. Pertama, MEA bukan laga “tempat bertanding” dan bukan pula menjadi ajang “pertempuran” di bidang politik, ekonomi dan budaya, sehingga nantinya akan ada pemenang dan pecundang.

Sekarang persepsi yang muncul di ruang publik seperti itu. Yang elegan harusnya masyarakat diyakinkan bahwa MEA adalah perkumpulan atau asosiasi negara-negara Asia Tenggara untuk membangun masa depannya bersama-sama melalui kerja sama di bidang keamanan, ekonomi, dan sosial budaya untuk menciptakan ASEAN yang damai, sejahtera dan berpusat pada kepentingan rakyat masing-masing.

Prinsip dasarnya adalah kerja sama dan bekerja bahu-membahu untuk mencapai tujuan tadi. Kedua, secara positif harus dipahami bahwa MEA pada dasarnya adalah sebuah ikhtiar untuk membangun kesadaran komunal bahwa peradaban ASEAN harus dikembangkan. Masyarakatnya harus maju dan mampu secara bersama-sama menciptakan suatu lingkungan kerja, lingkungan hidup dan lingkungan bisnis yang kondusif untuk menciptakan ASEAN yang damai, sejahtera, dan berkeadilan.

Semua harus naik kelas, dalam artian harus bisa melakukan perubahan demi menyongsong masa depan. Naik kelas adalah kebutuhan bagi sia papun yang menginginkan kemajuan. Naik kelas adalah cita-cita yang harus diwujudkan bersama-sama. Ketiga, Pergaulan dan memperkuat jaringan kerja di bidang politik, keamanan, ekonomi, dan social-budaya adalah bagian dari proses penguatan kekayaan tangible dan intangible ASEAN.

Di lain pihak, juga diharapakan adanya perubahan agar cara berpikir dan bertindak MEA makin paripurna dalam menyikapi perkembangan global yang pergerakannya sangat dinamis dan cenderung lebih banyak ketidakpastian yang sering terjadi. Tren tersebut harus disikapi dengan melakukan kerja sama, aliansi dan kolaborasi.

Ketiga upaya tersebut harus diakui menjadi sebuah kebutuhan, tanpa harus mengorbankan kepentingan nasional masing-masing negara anggota. Karena kepentingan nasional adalah dijamin oleh konstitusi negara masing-masing sebagai negara yang berdaulat.

Rumah Masa Depan

Keempat, ASEAN adalah rumah masa depan bagi sekitar 700 juta penduduk yang memiliki hak dan kewajiban untuk dapat menikmati setiap output ekonomi yang dihasilkan. Karena itu, MEA sangat diharapkan dapat menjadi role model bagi pengembangan kerja sama regional yang pilarnya lebih mengedepankan nilai kemanusiaan yang paling hakiki, yaitu ingin hidup layak, sejahtera, makmur, damai, dan adil.

Kelima, MEA harus bisa dipahami dalam konstatasi yang bersifat realistik, yaitu bukannya perdagangan bebas dalam arti yang sebenarnya tanpa tata krama. Yang ingin dicapai sejatinya agar masing-masing negara dapat menjamin aliran barang dan jasa berjalan lancar karena sistem pelayanannya dikembangkan secara efisien.

Azas ini adalah sesuatu yang universal dan siapa saja pasti memerlukannya. Percayalah bahwa masing-masing memiliki apa yang menjadi primadona dan keunikannya. Dan masing-masing pasti memiliki “X Factor”, sehingga yang terjadi adalah proses complimentary meskipun adanya persaingan tidak bisa dinafikkan. Dan persaingan dalam dunia bisnis adalah biasa sepanjang dilakukan dengan fair. Kalaupun sampai terjadi unfair business, pasti ada remedy-nya sebagai bentuk penalti bagi pihak manapun yang melakukan pelanggaran.

Keenam, pada akhirnya masing-masing negara ASEAN sebagai bangsa yang berdaulat pasti tidak ada satu pun yang berniat untuk mengisolasi diri. Mustahil hal yang demikian akan terjadi dalam kehidupan di lingkungan masyarakat yang terbuka. Mengisolasi diri adalah sebuah kerugian besar dan membuka diri dan bersatu dalam kerja sama yang bahu-membahu membangun peradaban besar adalah kebutuhan.

Yang terpenting, seluruh komponen bangsa harus terus-menerus melakukan koreksi dan perbaikan serta memperkuat kapasitas dan kemampuan bersaingnya agar menjadi kredibel dan berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia dalam pergaulan internasional. MEA harus kita sikapi apa adanya, tidak lebai dan tidak pula harus menjadi narsis. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS