Apa Betul Anda Tidak Tahu…

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

PUNYA mata untuk melihat, mengintip dan sebagainya. Punya hidung untuk mencium, megendus dan lain-lain, Punya otak untuk berfikir, Punya mulut untuk berbicara dan untuk makan. Punya telinga untuk mendengar.Kalau panca indera itu di depannya ditambah kata tidak, maka berarti maknanya menjadi lain. Tidak melihat = buta, tidak mendengar = budeg, tidak bicara = bisu.

Kalau ditanya anda selalu menjawab tidak tahu, maka kebiasaan seperti itu adalah jawaban anak-anak ketika ditanya oleh ayah bundanya karena anak tersebut memang sedang asyik sendiri bermain. Padahal sesungguhnya dia tahu jawabanya. Pada sisi yang lain kalau seseorang ditanya dengan selalu menjawab tidak tahu, maka dia berarti tidak mensyukuri nikmat Tuhan.

Diberi panca indera tidak digunakan sebagaimana fungsinya masing-masing. Orang berpendidikan, berilmu kalau ditanya selalu menjawab tidak tahu maka hal ini hampir tidak mungkin terjadi kecuali orang tersebut dungu. Menjadi pilot, menjadi masinis apalagi menjadi seorang CEO, manager atau menjadi pemimpin besar hampir mustahil kalau ditanya sesuatu menjawabnya dengan enteng saya tidak tahu ke arah mana kereta itu berjalan dan hendak kemana pesawat itu dia terbangkan.

Jangan lagi kebanyakan nyabu sehingga mencla-mencle jawabannya kalau ditanya. Orang tua kita dulu kalau mendidik anak-anaknya selalu berkata begini, Le kalau ditanya jangan jawab tidak tahu ya. ora elok. Luwih becik dijawab ya ayah saya akan cari tahu dulu jawabanya, nanti ayah bunda kabari lagi.

Kita semua adalah mahluk Tuhan, diberi akal dan panca indera agar dapat digunakan sebaik baiknya. Kita percaya ada malaikat Allah yang diberi tugas untuk mencatat segala ucapan dan tindakan manusia selama hidupnya dari yang baik sampai yang buruk. Dari yang jujur sampai yang bohong.

Semua tercatat dengan rapi tanpa ada kesalahan merekam dan mencatatnya. Orang bijak mengatakan ojo dumeh. Ojo seneng nyepeleke mundak kuwalat. Ojo sok goroh yen dipercoyo dadi pemimpin. Menjadi pemimpin itu harus berani bertanggung jawab. Wani nataki kalau ada kejadian yang menimpa dirinya dan bahkan menimpa orang lain. Becik ketitik olo ketoro.

Tidak ada kebanggaan sedikitpun kalau kita punya pemimpin sikapnya seperti itu. Hanya mau bertanggung jawab atas hal-hal yang baik dan tidak mau ikut bertanggung jawab terhadap hal-hal yang buruk. Pemimpin itu harus bertanggung jawab dalam kondisi apapun. Tidak ada alasan tidak tahu atas kejadian apapun yang menimpa organisasi yang dia pimpin apalagi yang menimpa dirinya.

Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya (sabda Rasul). Setiap manusia akan dihisab atas segala perbuatannya yang baik maupun yang buruk. Di dunia, di mata hukum negara, seorang pemimpin atau siapa pun masih bisa ngeles untuk tidak mau mengakui perbuatannya. Masih bisa menjawab tidak tahu. Masih bisa mengatakan tidak pernah menyuruh koleganya untuk melakukan sesuatu.

Tapi di hari akhir nanti, dia tidak akan bisa mengelak lagi. Dia tidak akan bisa lagi mengatakan tidak tahu karena semua catatannya lengkap dan tidak ada yang salah. Berita Acaranya semuanya clean and clear. Semoga para pemimpin di negeri ini yang sedang menghadapi persoalan hukum tidak usah bersikap seperti itu, Nanti mundak kuwalat, Tidak usah bersumpah kalau satu rupiah pun ikut korupsi gantung di Monas. Sing koyo iku kuwi ora becik.Kuwi jenenge sombong, congkak, dusta. Ojo dumeh. Jarene percoyo karo Gusti Allah, percoyo karo Malaikat Allah, kok ngomonge sembrono, nggak jujur.

Yang hati-hati bung jadi pemimpin. Jangan hanya pandai bersilat lidah. Bicaralah dengan hatimu bung jangan hanya bisa cengengesan seperti kebal hukum. Semoga para pemimpin sadar dan mau bertobat.

Yang benar katakan benar dan yang salah katakan salah. Tuhan maha pengampun, lagi maha adil. Tapi Tuhan juga maha mengetahui dan tidak bisa dikibuli oleh siapapun. Bertobatlah sebelum ajal menjemput. Bertobatlah selagi matahari masih terbit dari ufuk timur dan terbenam di ufuk barat.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS