Aksi Hipnotis Resahkan Masyarakat

Loading

Oleh: Anthon P Sinaga

Ilustrasi

Ilustrasi

SELAIN aksi-aksi penculikan dan pencucian otak yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini, sesungguhnya ada juga aksi yang tidak kalah meresahkan masyarakat, yakni aksi hipnotis. Korban hipnotis sulit menangkap pelaku atau melaporkannya kepada polisi, karena kurang bukti dan kejadiannya di bawah sadar. Hanya ada yang memberikan tips agar bila bepergian jangan seorang diri, dan jangan menatap langsung mata pelaku hipnotis. Namun, tidak bisakah polisi bertindak?

Seorang ibu yang tengah mengunjungi anaknya ke Jakarta, mengeluhkan menjadi korban hipnotis beberapa bulan lalu. Semua tabungannya dikuras dari beberapa bank. Pagi itu, ia tengah jalan pagi di sekitar rumah anaknya yang sudah berangkat kerja di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan. Tak lama kemudian melintas sebuah mobil jip dan seseorang turun dari jip tersebut berpura-pura menanyakan alamat. Pada saat itulah si ibu terkena hipnotis dan disuruh mengambil buku-buku tabungannya dari rumah.

Kemudian dalam keadaan tidak sadar, si ibu dibawa berkeliling mengambil uang dari beberapa bank, di mana si ibu sendiri yang disuruh menandatangani formulir penarikan tabungan. Si ibu baru sadar uangnya terkuras, setelah tiba kembali ke rumah dan bertemu dengan wanita pembantu rumah tangga anaknya yang sudah cemas menunggunya. Ia tidak melapor ke polisi, karena tidak tahu nomor mobil penjahat.

Seorang ibu yang tengah berbelanja di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, beberapa bulan sebelumnya, juga menjadi korban aksi hipnotis. Seseorang dengan logat Malaysia menawarkan sebuah jam merek terkenal berlapis mirip emas. Katanya, ia butuh uang mau pulang ke negerinya.

Pada saat tawar menawar itulah si ibu terkena hipnotis. Karena si ibu tidak punya uang tunai, maka disepakatilah mengambil barang perhiasan dari rumah untuk diuangkan ke toko emas. Namun, dengan bujuk rayu, terjadilah pertukaran langsung di rumah korban, barang perhiasan diambil, dan jam yang ditawarkan ditinggal. Setelah bertemu anggota keluarga di rumah, barulah ia sadar, ternyata jam itu tidak ada harganya, alias barang palsu.

Seorang pekerja yang tengah menunggu bus di sebuah halte di daerah Paseban, Jakarta Pusat juga menjadi korban hipnotis, dengan tanpa sadar menyerahkan sejumlah uang dari dalam dompetnya kepada seseorang. Ia baru sadar setelah naik bus, ketika kondektur meminta bayar ongkosnya.

Rupanya korban-korban hipnotis ini tidak hanya ibu-ibu rumah tangga atau kaum pekerja dewasa, ternyata kaum pelajar pun menjadi korban-korban hipnotis akhir-akhir ini. Hal ini sudah meresahkan orangtua.

Seperti diberitakan sebuah surat kabar Ibukota akhir bulan lalu, para orangtua yang anaknya menjadi korban hipnotis di daerah Tangerang Selatan, meminta polisi turun tangan, karena mereka belum dapat mencegah aksi jahat itu.

Peristiwa hipnotis sudah berkali-kali terjadi pada anak-anak pelajar, terutama ketika mereka pulang sekolah. “Setahu saya sudah ada lima orangtua yang saya kenal anaknya menjadi korban hipnotis, termasuk saya. Saya tidak tahu berapa banyak kejadian yang terjadi di sekolah anak saya,” kata Desi Loulembah (40) ibu dari dua siswa yang belajar di sekolah yang dikelola Yayasan Pendidikan Jaya, Pondok Ranji, Kota Tangerang Selatan itu. ***

CATEGORIES
TAGS