85 Persen Produk Malaysia Kuasai Daerah Perbatasan

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

PUTUSSIBAU, (TubasMedia.Com) – Warga Kalbar yang bermukim di wilayah perbatasan Sarawak, Malaysia Timur sudah terbiasa mengkonsumsi makanan produksi negara jiran. Selain harganya terjangkau, produknya selalu dijual. “Di daerah perbatasan, 85 persen dikuasai produk asal Malaysia. Produk asal Malaysia ini terutama sembako dan jenis makanan lainnya,” kata Riduan, Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kapuas Hulu, pekan lalu.

Produk Malaysia ini beredar di lima kecamatan di Kapuas Hulu yang meliputu Badau, Puring Kencana, Empangan, Batang Lupar, dan Embaloh Hulu. “Hasil survei beberapa bulan lalu, kita akui di daerah perbatasan memang masih dikuasai produk Malaysia,” ujarnya.

Maraknya peredaran produk Malaysia di perbatasan karena pedagang lebih mudah mendapatkannya. Daerah mereka dekat dengan perbatasan Malaysia. Bahkan bila dibandingkan ke ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, jaraknya lebih dekat dengan wilayah Sarawak. “Belum lagi harga yang lebih murah bila dibandingkan produk-produk Indonesia,” ujar Riduan.

Produk Malaysia lebih mudah masuk karena belum ada pintu resmi di wilayah perbatasan. Diharapkan, dengan telah dibukanya Pos Lintas Batas (PLB) Badau, ketergantungan masyarakat perbatasan dengan produk Malaysia bisa berkurang. “Dengan dibukanya PLB diharapkan tidak ada barang-barang asal Malaysia yang masuk ke Indonesia tanpa terkontrol lagi. Barang yang masuk mesti melalui pintu resmi,” pitanya.

Dibukanya PLB Badau, produk-produk Malaysia akan lebih terkontrol masuk ke Indonesia. Begitu juga dengan pajak ekspor-impor bisa diberlakukan. “Dengan adanya pintu resmi, tentu produk Malaysia yang akan masuk ke Indonesia dikenakan pajak dan harganya tidak semurah saat ini. Sehingga produk-produk kita dapat bersaing di negerinya sendiri. Kita akan mem-backup produk-produk Malaysia yang akan masuk ke Indonesia,” tegas Riduan.

Namun tidak cukup dengan dibukanya PLB Badau, agar produk dalam negeri dapat bersaing di perbatasan. Pemerintah Kalbar semestinya memerhatikan kondisi jalan. Rusaknya akses jalan dari ibu kota provinsi membuat pedagang kesulitan memperoleh barang-barang untuk dibawa ke Kapuas Hulu. Kalaupun ada, harganya melambung tinggi. Alhasil tidak hanya di kawasan perbatasan, harga produk dalam negeri di Kota Putussibau tergolong mahal.

Tidak mengherankan masyarakat Kota Putussibau ketika berkunjung ke Badau kerap memborong produk tertentu asal Malaysia.“Kami mengharapkan masyarakat tidak mengkonsumsi produk Malaysia lagi. Asalkan pemerintah memerhatikan kondisi jalan, maka pedagang mudah ke ibu kota kabupaten atau ibu kota provinsi untuk memasok sembako,” jelas Riduan. (red/sis)

CATEGORIES
TAGS