KMP Cuma Alat Kepentingan?

Loading

Adi-Suryadi-Culla

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Partai pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) diprediksi ‘roboh’ di tengah jalan. Hal itu bercermin dari pengalaman koalisi yang dibangun pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Pengamat Politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Adi Suryadi Culla mengatakan, KMP bisa solid seperti saat ini lantaran dibangun atas kepentingan politik semata. Misalnya kata dia, pembahasan revisi Undang-Undang (UU) No.17/2014 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD (MD3) serta Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) No.1/2014 tentang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) melalui DPRD.

Menurutnya, hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan, apakah dua kubu di parlemen, yakni Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan KMP dapat permanen dan apakah KMP bisa bertahan selama lima tahun atau bernasib seperti koalisi yang dibangun SBY? Dia menjawab koalisi ini hanya momentum, bukan koalisi yang benar-benar muncul secara substansial demokrasi yang kita harapkan.

“Menurut saya, koalisi ini (KMP) di tengah jalan akan rontok atau mengalami hal yang sama seperti koalisi sebelumnya. Mungkin sekarang masih pengantin baru, masih harmonis mempertunjukan harmoni di depan umum. Saya tidak percaya akarnya substansial,” kata Adi dalam sebuah diskusi di Gedung DPD, Senayan, Jakarta, Rabu (3/12/2014).

Dia mensinyalir, di dalam tubuh KMP sekarang ada kecemasan bahwa Golkar akan bergabung dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) karena adanya konflik internal partai berlambang pohon beringin ini. Di mana, Golkar kubu Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Golkar Agung Laksono ingin membawanya ke KIH.

Namun, kekhawatiran itu akan musnah dengan adanya manuver yang mengukuhkan kembali Ical sebagai Ketum dalam Munas IX Bali sebagai jaminan Golkar tetap di KMP.

Di satu sisi, dengan adanya kepentingan Partai Demokrat agar Perppu Pilkada disahkan oleh DPR, sementara Golkar sudah menyatakan menolak Perppu tersebut diterima, katanya, ini menjadi persoalan pemecah KMP runtuh di tengah jalan. Di mana, Ical sendiri merupakan Ketua Presidium KMP.

“Fenomena yang menarik adalah koalisi yang dilembagakan karena ada presidium, mungkin tidak mau mengalami nasib yang sama dengan koalisi-koalisi sebelumnya, dekonsolidasi dan sebagainya,” paparnya.

Dia menilai, hal ini berbeda dengan KIH. Di mana, partai-partai yang tergabung dalam koalisi tersebut satu arah yang bisa dilihat Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diusung KIH sangat bergantung terhadap koalisi tersebut. “Ini persoalan yang besar yang dihadapi oleh presiden kita yang basisnya bukan kepartaian dan sangat bergantung pada KIH,” pungkasnya. (nisa)

CATEGORIES
TAGS