Waspadai Banjir Besar Landa Jakarta

Loading

Oleh: Anthon P. Sinaga

Ilustrasi

Ilustrasi

BANJIR besar dalam siklus lima tahunan ditengarai akan melanda Jakarta pada awal tahun 2012 mendatang. Untuk itu perlu diwaspadai dengan pembersihan saluran-saluran air dan aliran-aliran sungai yang tersumbat oleh sampah, endapan lumpur, maupun tumbuhan eceng gondok.

Khusus untuk ibu-ibu rumah tangga, perlu dipersiapkan cadangan bahan pokok keperluan keluarga, apabila terjadi kelumpuhan ekonomi. Ingat pengalaman Jakarta dilanda banjir besar pada siklus lima tahun yang lampau, yakni pada awal tahun 2002 dan awal tahun 2007.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) baru-baru ini telah mengingatkan tingginya potensi banjir yang bakal merendam sebagian besar wilayah DKI Jakarta pada awal Januari tahun depan. Selain dipicu oleh perkiraan intensitas curah hujan yang tinggi, faktor geografis Ibukota Jakarta yang 40 persen wilayahnya berada di bawah permukaan laut, juga menjadi penyebab Jakarta terendam, karena genangan air tidak bisa cepat mengalir. Ancaman bajir lebih parah lagi, apabila saat bersamaan terjadi rob atau pasang naik air laut, seperti sekarang ini.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, pertengahan bulan lalu mengatakan, sebanyak 62 lokasi di Ibukota rawan banjir. Sekitar 90,33 % wilayah Jakarta merupakan kawasan terbangun, sehingga air hujan yang turun tidak bisa terserap ke dalam tanah. Proses urbanisasi yang besar ke Jakarta dan kota-kota sekitarnya, telah mengubah kawasan resapan air menjadi daerah hunian, atau kawasan terbangun.

Keadaan serupa juga terjadi di Depok, di mana 70 % wilayahnya merupakan kawasan terbangun, Kabupaten Bekasi 79 %, Kota dan Kabupaten Bogor 60 %, dan Kabupaten/Kota Tangerang sekitar 75 % wilayahnya menjadi kawasan terbangun. Sehingga, akumulasi semakin sempitnya kawasan resapan air di kota-kota Jakarta dan sekitarnya, khususnya di daerah hulu sungai, menyebabkan ancaman banjir menjadi lebih parah dan lebih luas. Hal ini bisa menyebabkan lumpuhnya ekonomi di seputar Jabodetabek.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga sudah mengingatkan terjadinya perubahan iklim yang ekstrem, sehingga semakin sulit diantisipasi ancaman curah hujan yang tinggi, maupun pasang naik air laut.

Menurut Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kulitas Udara BMKG, Edvi Aldrian baru-baru ini, pasang air laut terkuat memang diperkirakan November dan Desember, seperti saat ini yang menyebabkan rob di kawasan pantai utara Jakarta. Tetapi karena perubahan iklim yang ekstrem, tidak tertutup kemungkinan pasang air laut terkuat bisa terjadi hingga bulan Januari 2012.

Selain itu, kondisi 13 sungai yang mengalir ke Jakarta juga mengalami penyempitan dan pendangkalan. Sehingga menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana, seperti Kali Ciliwung mulai dari Kalibata hingga Bukit Duri hanya mampu mengalirkan air sebanyak 17 persen, Kali Krukut hanya 37 persen dan Kali Pasanggarahan hanya mampu mengalirkan 21 persen. Hal itu menyebabkan volume air yang besar dari hulu tidak teralirkan dengan cepat, sehingga meluap ke daerah-daerah permukiman.

Untuk itulah perlu dipercepat normalisasi dan pengerukan sungai-sungai, serta pembuatan dan pemeliharaan waduk-waduk untuk penampungan sementara luapan banjir akibat curah hujan dan banjir kiriman. Banyak waduk-waduk atau lebih dikenal dengan sebutan situ-situ yang sudah mendangkal dan bahkan beralih fungsi menjadi kawasan terbangun di seputar Jabodetabek. Ingat Situ Gintung beberapa waktu lalu menjadi pembawa musibah bagi banyak korban.

Pinjaman Rp 1,35 Triliun

Sebenarnya, Bank Dunia sudah lama menyediakan pinjaman Rp1,35 triliun kepada Pemprov DKI untuk mengeruk 10 sungai, 1 kanal dan 4 waduk di Jakarta. Tetapi karena menunggu payung hukum dari Pemerintah Pusat, pinjaman untuk proyek ini tidak bisa dikucurkan dan pelaksanaan tertunda hingga awal tahun depan, bersamaan dengan tibanya ancaman banjir siklus lima tahunan. Proyek Jakarta Dredging Emergency Initiative (JEDI) ini, dimaksudkan untuk menanggulangi banjir Jakarta.

Ke-10 sungai yang akan dikeruk adalah Sungai Grogol, Sungai Sekretaris, Sungai Krukut, Sungai Cideng, Sungai Pakin, Sungai Kali Besar, Sungai Ciliwung, Sungai Gunung Sahari, Sungai Sentiong dan Sungai Sunter. Satu kanal yang akan dikeruk adalah Banjir Kanal Barat dan 4 waduk yang akan dinormalisasi adalah Waduk Melati, Sunter Utara, Sunter Selatasn, dan Waduk Sunter Timur II. Mudah-mudahan pengerukan sungai-sungai dan waduk ini tidak tertunda lagi. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS