Unggul

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

KATA ini seringkali dipakai dalam berbagai sebutan. Entah dari mana kosa kata ini berasal, apakah dari bahasa awa atau Sansekerta atau dari bahasa daerah di luar Jawa sepertinya tidak perlu kita telurusi. Sebagian besar diantara kita banyak yang sudah tahu maknanya secara harfiah karena saking seringnya istilah itu muncul.

Kita kenal istilah bibit unggul, bangsa unggul dan sebagainya. Yang bisa kita tangkap berarti kira-kira bermakna ada nilai lebih jika dibanding dengan yang lain. Atau ada semacam jaminan kualitas. Jika demikian, unggul sebuah kata sifat yang nilai tambahnya tinggi bagi yang menyandangnya. Karena sifatnya universal, maka kalau unggul dijadikan sebuah obsesi dan sekaligus menjadi sebuah cita-cita atau visi dan misi, dia harus bisa kita raih.

Siapa sih yang tidak menyukai nilai lebih atau sesuatu yang berkualitas. Dalam wawasan kebangsaan, “sifat unggul” harus dapat kita hadirkan di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun sifat ini sebaiknya tidak digunakan dalam konteks untuk kepentingan audisi dan kontestasi semata, sehingga pada akhirnya harus ada pemenang dan ada pecundang.

Terlalu mahal harus dibayar kalau sifat unggul itu diraih dan hadir hanya di saat ada audisi dan kontestasi. Sangat mahal karena pembentukan sifat unggul berproses dalam kurun waktu yang panjang sejak bayi masih dalam kandungan, sampai dia lahir menjadi bayi yang lucu, tumbuh menjadi anak-anak dan berkembang menjadi dewasa sambil berkarya dan akhirnya harus meninggalkan dunia yang fana.

Total butuh waktu sekitar 63 tahun jika patokan yang kita pakai adalah usia Nabi Muhammad saw. Jadi jika kita ditakdirkan menjadi manusia dan bangsa yang unggul hanya ingin menjadi pemenang dan tidak mau menjadi pecundang, nalar dan nurani kita harus memberikan sinyal bahwa bukan itu sajatinya yang akan kita tuju. Unggul yang akan kita hadirkan dan akan kita raih sejatinya adalah yang nilai tambahnya makin memperkuat ketahanan sepiritualitas, intelektualitas agar kita tidak menjadi sombong, arogan, mau menang sendiri dan merasa paling benar sendiri dalam kehidupan pribadi maupun dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sifat unggul yang kita niatkan untuk hadir adalah yang bisa mendatangkan manfaat dan kemaslahatan bersama. Unggul bukan soal menang kalah. Unggul adalah sebuah kepribadian atau sebuah karakter bangsa yang harus bersemi dan berkecambah serta tumbuh subur dalam setiap anak bangsa agar kita makin mampu berkontribusi ikut menyelesaikan berbagai masalah kehidupan dalam konteks berbangsa dan bernegara.

Sangat berbahaya jika dikonotasikan hanya sekedar mengakomodasi soal pemenang dan pecundang. Bahaya dan ancamannya yang paling besar adalah berlanjutnya proses eksploitasi dan eksplorasi oleh bangsa yang kuat terhadap bangsa yang lemah. Proses kolonisasi akan terus berlanjut meskipun tidak selalu menggunakan jalur peperangan, sehingga pada akhirnya bisa terjadi “perlawanan” dimana-mana dan secara politis fenomena ini dapat dirasakan dalam keseharian.

Sifat unggul yang benar adalah bagian dari pengayaan kekuatan spiriritual dan intelektual untuk membangun peradaban dan keadaban manusia dan bangsa untuk mengatasi persoalan kemanusiaan. Penguasaan sain dan teknologi digunakan untuk mengatasi persoalan kemanusiaan tadi baik yang bersifat material maupun yang non material. Maka dari itu, tidak heran kalau globalisasi dan perdagangan bebas tidak akan pernah berhasil mengatasi masalah kemanusiaan yang melanda seluruh dunia karena ketika keunggulan berhasil diraih dan menjadi bangsa yang unggul di dunia, perilakunya sebagai “homo animal” yang ikut membentuk kepribadiannya.

Aturan main dibuat secara multilateral tapi di balik itu tersembunyi sebuah misi agar lebih banyak menguntungkan kepentinganya sebagai bangsa yang telah merasa unggul, baik secara sosial, politik, ekonomi dan militer. Oleh sebab itu, kita tidak kaget kalau konflik di belahan dunia manapun terus berlangsung. Ke depan konsep membangun keunggulan sebuah bangsa sebaiknya tidak lagi diorientasikan untuk menempatkan diri hanya sebagai pemenang, karena kehidupan itu tidak pernah bisa dipertandingkan sehingga akan menghasilkan pemenang dan pecundang.

Unggul yang hanya bisa menghasilkan pemenang dan pecundang adalah hanya dalam permainan, tidak ditransformasi ke dalam kehidupan umat manusia yang hidup sebagai komunitas bangsa di suatu negara. Kehidupan tidak bisa dibuat untuk permainan seperti dalam lomba adu banteng. Keunggulan adalah hasil dari proses pembangunan peradaban yang misi utamanya agar manusia yang satu dapat memberi manfaat bagi manusia yang lain untuk mencapai derajat yang tertinggi sebagai wakil Tuhan di muka bumi.

Jadi keunggulan sebaiknya digunakan secara penuh untuk mengatasi berbagai masalah kehidupan umat manusia di belahan dunia manapun. Isu pangan dan energi tidak akan menjadi barang mewah seperti sekarang kalau semua bangsa di dunia berhasil mengurai dengan cara yang benar dalam mengejewantahkan makna unggul dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan dalam pergaulan antar bangsa di dunia. Di dunia ini hanya butuh kedamaian dan ketentraman hidup dan peradaban dibangun untuk mencapai tujuan itu. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS