Umat Kristen Berharap Kepada Gus Yaqut, tak Ada Lagi Larangan Membangun Rumah Ibadah
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Pilihan Presiden Joko Widodo yang menempatkan Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama mendapatkan respons positif dari berbagai kalangan. Salah satunya dari organ Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI).
Sekretaris Umum DPP GAMKI, Sahat Martin Philip Sinurat mengapresiasi penunjukan Ketua Umum GP Ansor NU sebagai orang nomor satu di Kementerian Agama.
Gus Yaqut -sapaan akrabnya- merupakan sosok yang telah dikenal sebagai tokoh muda NU yang konsisten menjaga persatuan dan kemajemukan di tengah masyarakat.
Harapan Sahat, di bawah kepemimpinan Gus Yaqut dapat benar-benar membangun hubungan harmonis antar umat beragama.
“Bahwa keberagaman agama dan aliran kepercayaan itu keniscayaan di Indonesia diantara umat beragama saling berbagi inspirasi, saling membantu satu sama lain dan menyelesaikan persoalan masyarakat yang masih terjadi hingga saat ini,” demikian kata Sahat kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (23/12).
Dalam sudut pandang GAMKI, salah satu masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah terkait izin membangun rumah ibadah.
Dijelaskan aktivis lulusan Institus Teknologi Bandung (ITB) ini, salah satu aturan yang perlu dievaluasi adalah Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) 9/2006 dan 8/ 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat.
“Perlu ada evaluasi terkait pelaksanaannya karena peraturan ini justru sering dipakai untuk melarang pembangunan rumah ibadah di daerah-daerah,” demikian analisa Sahat.
Permasalahan lain, dalam kajian GAMKI, hubungan antar agama di berbagai daerah, terkhusus persoalan intoleransi, radikalisme, dan terorisme masih menjangkiti sebagian masyakarat Indonesia.
GAMKI mencatat saat ini tak sedikit tokoh agama atau lembaga pendidikan yang mengajarkan paham radikal pada generasi muda Indonesia.
Selain itu, Menag yang baru perlu meningkatkan kualitas pendidikan lembaga pendidikan berbasi keagamaan.
“Seperti sekolah Kristen, pesantren dan lembaga pendidikan keagamaan lainnya benar-benar mendidik pemuda Indonesia yang Pancasilais, menjunjung tinggi keberagaman dan berkontribusi bersama untuk Indonesia,” demikian kata Sahat. (sabar)