TDL Naik, Beratkan Industri Tekstil

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

SEMARANG, (Tubas) – Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) 10-15 %, dinilai Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) kian memberatkan industri pertekstilan dalam negeri. Sebab bersamaan itu, krisis hutang di Eropa dan AS, berpotensi melemahkan permintaan ekspor sekaligus menurunkan target ekspor pertahun dari rata-rata di atas 20% menjadi di bawah 10%. Demikian Ketum API, Ade Sudrajat di Semarang belum lama ini.

Tahun depan pertekstilan Indonesia mengalami pukulan berat. Bukan hanya dampak kenaikan TDL dan krisis hutang Eropa/AS. Masih ditambah berbagai kebijakan pemerintah yang tak menguntungkan seperti, penyesuaian tarif progresif di pelabuhan, peraturan kebijakan fiskal terkait faktur pajak cacat, dan rancangan peraturan pemerintah mengenai pengelolaan sampah. Namun API belum mengurai, apakah itu semua juga berakibat terjadinya PHK besar-besaran terhadap para pekerja.

Naiknya TDL otomatis menaikkan beaya produksi industri tekstil, diperkirakan antara 10-15%, terutama disektor hilir, garmen misalnya. Disektor garmen kenaikkan beaya produksi diprediksi antara 10-15%. Selama ini komponen beaya energi, menyumbang hampir 20% terhadap beaya produksi. Pertekstilan Indonesia tahun depan ibarat terkena tekanan berat secara ganda. Dari dalam negeri dampak kenaikkan TDL dan lain-lain dan dari luar karena melemahnya permintaan eksport.

Meningkatnya beaya produksi, diantisipasi industri tekstil dengan menaikkan harga jual produk, guna mempertahankan margin laba. Tapi dampaknya pada perekonomian nasional, terkait dengan inflasi. Seperti statement Biro Pusat Statistik (BPS), naiknya TDL merupakan sumber terjadinya inflasi. Tidak tahu bagaimana wajah industri tekstil kita tahun depan. Tetapi kesuraman telah membayang saat ini, seiring isyu kenaikkan TDL, ujar seorang tokoh API Jawa Tengah. (amary)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS