Sadar dan Berubah Menyongsong FTA 2015

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi

ilustrasi

SADAR dan berubah menjadi pilihan kata yang terangkai dengan kalimat menyongsong FTA adalah memang kita perlukan sebagai sikap yang harus kita ambil sebagai bangsa dan negara yang faktanya secara politis telah menerima sistem ekonomi terbuka dan global.

Sadar sebagai bangsa dan negara memang kita butuhkan agar kita mampu berbuat banyak dalam kondisi apapun bahwa di Asean kita sudah menjadi bagian dari Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Dalam konteks konstitusi, kesadaran tersebut harus mengacu kepada terwujudnya sistem perekonomian nasional yang demokratis dan menjunjung tinggi prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan tetap menjaga kesimbangan dan kesatuan ekonomi nasional.

Kesadaran itu bulat dan sebaiknya tidak ada yang berfikiran lain karena kalau didalami, perintah konstusi tersebut sudah sangat komprehensif. Tugas kita bersama adalah mewujudkan pesan politik tersebut dalam berbagai instrumen kebijakan dan progam di bidang ekonomi, baik di dalam negeri dan di lingkungan MEA.

Berubah dalam menyongsong pelaksanaan FTA akhir tahun 2015 adalah bahwa bangsa dan negara Indonesia di lingkungan MEA harus bisa naik kelas, bukan tinggal di kelas yang sama. Indonesia harus berhasil mengubah dirinya secara fondamental agar sistem ekonominya yang high cost menjadi low cost economy karena daya saing hanya akan bisa terjadi dalam lingkungan ekonomi yang berbiaya rendah.

Postur ini bersifat given dan harus terwujud karena bangsa dan negara ini memerlukannya agar neraca modal dan finansialnya surplus, serta neraca transaksi berjalannya juga surplus. Perubahan berikutnya yang juga tak kalah penting adalah bahwa bangsa ini harus mengubah dirinya menjadi bagian dari masyarakat di kawasan yang bersifat produktif dan secara inklusif pada dasarnya semuanya harus terlibat agar pelaksanaan MEA bermanfaat bagi upaya menciptakan Asean yang damai, sejahtera dan berpusat pada rakyat.

Sadar dan berubah menjadi modalitas pokok bagi bangsa dan negara. Kekuatan kita di Asean sebenarnya paling besar. Sumber dayanya paling lengkap kita miliki. Potensinya untuk menjadi leading berdasarkan alasan politis, sosial budaya dan ekonomi paling kuat dimiliki oleh Indonesia.

Oleh sebab itu, konstitusi mengamanatkannya sangat komprehensif. Sadar dan berubah sebaiknya tidak perlu digosok-gosok dan digoreng-goreng dengan berbagai prediksi yang menyesatkan karena kepentingan nasional bangsa ini di bidang ekonomi sudah terumuskan dengan jelas di pasal 33 UUD 1945.

Tinggal bagaimana kita sebagai bangsa menggunakan amanah itu dalam pergaulan antar bangsa, baik di kawasan Asean, Asia Pasifik maupun pada tataran global. Pemerintahan yang sekarang hanya punya waktu 2 tahun lagi untuk mengantarkan bangsa dan negara ini memasuki babakan baru kehidupan ekonomi yang lebih fokus yang semula berfikir Indonesia untuk dunia, siapapun mereka, maka mulai 31 Desember 2015, Indonesia sudah punya fokus perhatian yang lebih spesifik bagaimana kesadaran dan perubahan yang sudah berhasil dilaksanakan bisa menjadi modal untuk hidup di tengah MEA yang damai dan sejahtera. Kesadaran dan perubahan itu tidak bersifat cetiris paribus dan take it for garanted, sim salabim semua menjadi beres.

Mengapa demikian, karena kehidupan itu sendiri bersifat dinamis. Masing-masing negara pasti memiliki hidden agenda untuk mengamankan kepentingan nasionalnya, baik berdasarkan pertimbangan politis, sosial budaya maupun ekonomi.

Hari ini kita diberikan catatan oleh IMF agar negara-negara berkembang di Asia tidak terlena dengan kinerja ekonomi yang tumbuh agar tidak terperangkap dalam jebakan kelas menengah .Ada saran yang disampaikan, yakni masih ada ruang pembenahan institusi pemerintah, pelonggaran regulasi produk pasar tenaga kerja yang mereka nilai masih terlalu ketat untuk menjaga momentum pertumbuhan.

Jika kita berfikir positif, saran itu dapat kita nilai wajar,dan dalam konteks Indonesia hal tersebut memang kita perlukan. Dan hal ini harus kita sikapi sebagai bagian dari proses membangun kesadaran bahwa jelang FTA masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan bersama. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS