Program P3DN Mau Berhasil?

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Ilustrasi

Ilustrasi

PRODUK sektor otomotif yang diproduksi di dalam negeri seperti Kijang Inova, Avanza, Xenia atau jenis lain dan sepeda motor merek, Honda, Yamaha, Suzuki, dan lain-lain, boleh dikatakan telah berhasil memenuhi kebutuhan kendaraan bermotor roda 4 dan roda 2 bagi masyarakat di dalam negeri.

Kiat dan jurus untuk meraih peluang itu banyak langkah yang dilakukan oleh para produsennya, baik di sisi produksi maupun distribusi dan pelayanan serta cara pembayarannya. Sistemnya sedemikian rupa dan sangat integrated cara bekerjanya untuk dapat meraih peluang pasar yang ada.

Segala cara ditempuh tanpa harus mengabaikan faktor efisiensi dan faktor keekonomian lainnya yaitu daya beli, inflasi, dan lain-lain. Singkat kata, P3DN di sektor otomotif tertentu yang diproduksi di Indonesia bisa dianggap sukses. Meraih pasar dalam negeri bukan perkara mudah bagi sektor ini.

Kisah sukses P3DN di sektor otomotif tidak hanya berkaitan dengan masalah strategi marketing saja, tapi lebih mendasar lagi yakni dimulai sejak awal industrialisasi otomotif dilakukan di Indonesia. Sekitar tahun 60-an dan tahun 70-an, Indonesia memberikan dukungan yang maksimal untuk mengembangkan sektor industri otomotif.

Larangan impor kendaraan roda 4 dan roda 2 pernah diterapkan, pengenaan tarif bea masuk yang sangat tinggi juga dilakukan sampai mencapai 200 persen dan dikenakan pajak penjualan barang mewah yang tinggi. Sebaliknya, impor komponen dalam bentuk CKD dikenakan rendah nol persen.

Seiring dengan perkembangannya setelah setahap demi setahap progam deletion berjalan dan berhasil, maka impor CKD tidak dilakukan lagi dan importasinya dilakukan dalam bentuk part dan CKD minus, begitu seterusnya. Singkat kata, pengembangan industri otomotif di Indonesia pada dasarnya dibangun dengan landasan proteksi yang ketat agar investasinya berkembang guna meraih potensi pasar dalam negeri.

Konsumen harus menanggung beban proteksi dengan membayar mahal untuk membeli kendaraan bermotor kala itu. Perkembangan globalisasi dan pasar bebas, pemerintah mau tidak mau harus putar haluan dengan mengubah kebijakan investasi dan perdagangan untuk memberikan kesempatan bagi investasi asing di sektor otomotif untuk merek apa saja di Indonesia.

Proteksi dengan mengenakan tarif impor yang tinggi dan pengaturan impor yang ketat bertahap dilonggarkan sehingga iklim persaingan di industri dan bisnis kendaraan bermotor makin menjadi sehat. Konsumen menjadi banyak pilihan untuk membeli kendaraan bermotor sesuai dengan kemampuan daya belinya masing-masing.

Sekilas pandang tentang kisah sukses sektor otomotif dari perspektif P3DN menunjukkan kepada kita bahwa arsitekturnya boleh dikata multi dimensi. Ada dimensi kebijakan industri, investasi dan perdagangan yang sangat ketat. Ada pula dimensi kebijakan bisnis di tingkat korporasi yang berorientasi kepada proses penyelenggaraan bisnis yang dinilai menguntungkan bagi para pemangku kepentingan di sektor industri otomotif.

Pesan kisah sukses ini juga dimaksudkan bahwa jika kita ingin meraih sukses yang gemilang dalam melaksanakan progam P3DN, tidak cukup hanya dengan membangun slogan “Aku Cinta dan Bangga Produk Dalam Negeri” atau hanya sekedar mengeluarkan Inpres saja.

Sejatinya memang harus digarap dengan dimensi yang luas. Ada faktor komitmen, ada aspek kebijakan dan progam yang tentu tidak bisa lagi dengan cara menerapkan proteksi yang ketat. Ada faktor dukungan kebijakan bisnis dan ada pula aspek mindset, gaya hidup konsumen. Di samping itu juga harus ada faktor advokasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya apresiasi terhadap karya terbaik di bidang produk dan jasa yang dihasilkan bangsa sendiri yang sudah semakin inovatif dan kreatif.

Kalau kita telusuri lebih jauh kisah sukses P3DN juga dialami oleh produk lain. Misalnya Teh Sosro, pesawat CN 235, kapal tanker untuk DWT tertentu, produk alat rumah tangga Maspion, dan lain-lain. P3DN yang sukses demikian pula harus memperhitungkan faktor pentingnya membangun merek (brand) atas produk dan jasa yang dihasilkan.

Konsumen yang makin bertindak rasional, makin ingin memenuhi kebutuhan hidupnya bukan hanya mengenali produknya saja tetapi lebih memilih terhadap merek yang dikenalnya di samping tentu aspek pelayanannya. Kemajuan teknologi yang inheren mempengaruhi aspek proses dan produk di bidang industri berpengaruh kuat terhadap P3DN.

Produk yang dihasilkan tanpa pernah ada perubahan apa pun pasti makin lama akan ditinggalkan konsumennya. Tapi karena perkembangan teknologi, proses dan produk yang dihasilkan pasti akan selalu dinantikan oleh para penggunanya. Misal mobil hybrid yang eco friendly, Ipad generasi kelima dan generasi berikutnya akan selalu menarik perhatian para penggemarnya.

Jadi, industri di dalam negeri kalau menghendaki produk dan jasanya secari lestari terus menjadi buruan para konsumennya, harus selalu melakukan peningkatan inovasi teknologi agar produknya tetap eksis di pasar. Berarti, P3DN yang berhasil akan selalu berurusan dengan perkembangan kemajuan teknologi di bidang industri.

Berangkat dari contoh-contoh tersebut, makin menguatkan berbagai pandangan seperti yang sudah beberapa kali diulas melalui opini tubasmedia.com bahwa P3DN harus dipahami secara paripurna tidak sepenggal-sepenggal kalau mau berhasil. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS