Produksi Ikan Tuna semakin Meningkat
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) menunjukkan data produksi komoditas ikan Tuna terjadi penurunan sejak Januari 2015. Begitu juga data perolehan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor perikanan pada kuartal I-2015 mengalami penurunan, dan volume ekspor perikanan turun 16,5 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Menyimak kenyataan itu ternyata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (Susi) melakukan terobosan. Sejumlah peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan yang ditetapkan oleh Susi berhasil mendorong kondisi sektor perikanan di Tanah Air hingga semakin tumbuh positif.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Tuna Longline Indonesia (ATLI) Dwi Agus mengakui sejak Permen Kelautan dan Perikanan itu ditetapkan, produksi (tangkapan) ikan khususnya ikan Tuna semakin meningkat. Dibuktikan Dwi Agus sebagai fakta, bila tangkapan pada April 2015 sebesar 628.000 ton, pada bulan Mei jumlah tangkapan tersebut naik 80 persen menjadi 1,059 juta ton.
Selain itu, tangkapan ikan Tuna yang diperoleh oleh kalangan nelayan tradisional juga dinilai mengalami hasil penangkapan yang bagus setelah dikeluarkan Permen Kelautan dan Perikanan.
Sebelumnya, Anggota Komisi IV DPR RI Daniel Johan sempat mempertanyakan dampak kebijakan pemerintah di sektor Kelautan dan Perikanan seperti pelarangan “transshipment” (alih muatan di tengah laut) dan moratorium izin kapal tangkap ikan eks-asing.
Ditengah berlangsungnya rapat kerja Komisi IV DPR-RI bersama Menteri Kelautan dan Perikanan di Gedung DPR-RI Jakarta, Selasa (16/6/15), Johan mempersoalkan kebijakan pelarangan transshipment berkontribusi terhadap penurunan produksi ikan di Sulut sebesar 30 persen total produksi dibandingkan tahun 2014.
Gubernur Sulut Sinyo Sarundajang menyebutkan, terjadi kelangkaan pasokan bahan baku untuk 53 unit pengolahan ikan (UPI) yang ada di Kota Bitung dengan jumlah karyawan/buruh sebanyak 26.500 orang menyebabkan terjadinya pengangguran serta beberapa UPI tidak bisa beroperasi lagi.
Di Palu Sulteng, BPS Sulteng merilis Kota Palu pada Mei 2015 mengalami inflasi 2,24 % tertinggi di antara 82 kota di Indonesia, di mana pemicunya akibat meningkatkan harga beberapa jenis ikan. Namun semua permasalahan itu telah diperbaiki dengan ditetapkannya Permen Kelautan dan Perikanan.
Menurut Susi, dengan Permen tersebut, ketersediaan pasokan ikan semakin meningkat di pasar lokal di berbagai daerah. Kemudian harga ikan meski dinilai masih lebih tinggi rata-rata dari pasar internasional, tetapi harga diklaim telah mulai turun.
“Setelah dikeluarkan Permen (peraturan menteri) hasilnya sangat positif,” kata Susi di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Kamis (18/6/15).
“Mudah-mudahan bisa sejajar dengan pasar internasional dan bisa menjadi alternatif pengganti daging yang hingga kini masih harus impor,” katanya. (marto tobing)