Politik Ekonomi 2013

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Ilustrasi

Ilustrasi

TAHUN 2013 pemerintah membuat poyeksi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,8% dan Bank Dunia memproyeksikan sekitar 6,3%. Ekonomi akan tetap bertumpu kepada kontribusi pertumbuhan konsumsi domestik dan politik ekonomi 2013 akan banyak diwarnai kebijakan yang sangat populis.

Salah satu contoh adalah progam pelatihan kewirausahaan akan diperbanyak, yang alasannya simpel saja, yakni agar mereka tidak akan ke luar negeri menjadi TKI. BBM juga tidak akan naik meskipun logika ekonomi mengatakan sudah saatnya harus naik. Di level makro, otoritas moneter dan fiskal pasti akan berat beban tugasnya karena harus menjaga stabilitas makro, agar inflasi tidak naik dan nilai tukar-pun terjaga.

Padahal inflasi di negeri ini sebenarnya lebih banyak disebabkan karena ongkos logistik yang mahal akibat dari infrastruktur yang buruk. UMP boleh jadi akan dipertahankan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan. Peninjauan paling-paling hanya akan diberikan kepada sektor usaha mikro kecil karena mereka adalah basis ekonomi rakyat.

Sementara itu, impor barang konsumsi akan relatif longgar, temasuk longgar dalam pengawasan barang selundupan. Situasi ini secara logika ekonomi dan juga logika politik bisa terjadi karena alasan untuk menjaga keamanan pasokan dan pengendalian inflasi. Tahun 2012, pemerintah telah menetapkan sekian puluh K/L akan berhak mendapatkan renumerasi yang akan efektif berlaku tahun 2013.

Gaji pegawai Bank Indonesia dinaikkan, begitu pula seperti disampaikan oleh Menkeu, gaji pokok PNS juga akan naik sekitar 7%. Semuanya terjadi untuk mengamankan momentum pertumbuhan ekonomi 2013 yang masih bertumpu kepada pengeluaran belanja konsumsi domestik.

Struktur PDB yang ditopang oleh konsumsi dalam jumlah yang besar, ternyata makin memperlebar jurang antara pertumbuhan sektor tradable dan sektor non tradable. Sampai dengan triwulan III 2012, sektor tradable hanya tumbuh rata-rata 3,99%, sedangkan sektor non tradable tumbuh rata-rata 7,24%.

Di sektor non tradable, pertumbuhan tertinggi diraih oleh pengangkutan dan komunikasi, 10,29%, disusul perdagangan, hotel dan restoran, 8,02% dan bangunan 7,45%. Ini menggambarkan sebuah konsekwensi logis dari hasil pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh kontribusi belanja konsumsi domestik yang sangat besar.

Tahun 2013 rasanya tidak akan terjadi perubahan apa -apa dalam struktur PDB ekonomi. Tidaklah mengherankan kalau Bank Dunia meminta kepada Indonesia untuk menjaga momentum pertumbuhan investasi di tahun 2013. Investasi di sektor tradable diharapkan dapat direalisasikan.

Tapi mungkinkah tahun 2013-2014, akan terjadi mukjizat pertumbuhan ekonomi yang topangan utamanya adalah kontrubusi investasi, ekspor dan belanja konsumsi domestik dan impornya dapat dikendalikan karena meningkatnya penggunaan sumber daya nasional. Itu harapan dan doa kita bersama. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS