Perajin Tas Wanita Garut Gulung Tikar
Laporan: Redaksi
GARUT, (Tubas) – Usaha perajin tas wanita di Kabupaten Garut, Jabar, gulung tikar. Hanya sebagian kecil dari mereka yang bisa bertahan memproduksi tas wanita yang biasa dipasarkan ke luar Jawa. Sedangkan lainya pada umumnya beralih memasarkan tas hasil industri rumahan.
Keberadaan perajin tas wanita di Bojongsirna, Desa Tanjungkarya Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jabar, hingga saat ini terus bertahan. Namun, sebagian perajin tas tersebut gulung tikar karena faktor modal usaha.
Seorang perajin Mochamad Zaenuddin (42) menduga kurangnya sosialisasi dari lembaga perbankan dan pemerintah menjadi penyebab banyaknya perajin yang gulung tikar. Para perajin tas tidak pernah mendapat sokongan modal, seperti yang dialokasikan dari bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR), Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan, dan yang sejenisnya.
“Kalau saya tahu, saya juga pasti sudah pinjam ke bank kendati nilainya kecil,” kata Zaenuddin.
Zaenuddin menambahkan kerajinan tas wanita di Kampung Bojongsirna merupakan industri rumahan yang dirintis sejak puluhan tahun silam, dan merupakan warisan keluarga secara turun temurun. Produk tas terbuat dari bahan jenis oscar dan dipasarkan ke sejumlah daerah di luar pulau Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, dan Bali. Produk tas tersebut tak pernah dipasarkan di Kabupaten Garut.
Adapun, harga penjualan tas wanita tersebut bervariasi, tergantung ukuran dan bahannya. Mulai dari harga Rp 14.000 hingga Rp 25.000 per buah. Bahkan, ada juga tas yang harga jualnya kurang dari Rp 10.000 per buah.
Para perajin tas di Bojongsirna Desa Tanjungkarya, Kecamatan Samarang berharap adanya perhatian dari pemerintah terhadap nasib para perajin, agar kesulitan yang dihadapinya memperoleh jalan keluar. Para perajin tas sangat mendambakan adanya bantuan permodalan untuk mempertahankan dan mengembangkan usaha.
Menurut Kabid UKM Dinas Perindagkop Kabupaten Garut, Dudin Badrudin maju dan mundurnya Usaha Kecil Menengah (UKM) khususnya para perajin tas di Kabupaten Garut tergantung manajemen pengelolaanya. Ada sejumlah hal yang harus diperhatikan para perajin tas di antaranya, pengelolaan majemen yang baik dan rapi, pemasaran dan harus dapat bersaing dengan UKM yang lainnya.
Terjadinya gulung tikar usaha di kalangan para pengrajin itu diakibatkan pengelolaan, manajemen dan SDM yang lemah. Kalau UKM tersebut sudah berjalan bertahun-tahun bukan permodalan yang harus diperhitungkan namun kualitas yang perlu ditunjang SDM yang kuat. Disperindagkop hanya melakukan pembinaan, pelatihan, dan membantu apa yang mereka butuhkan, termasuk permodalan kalau UKM tersebut sudah maju dan berkembang. (sighar)