Pengamat: Aneh Jika Masih Ada yang Mau Bergabung Dalam Pemerintahan yang Gagal

Loading

index

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Pengamat Politik dari Universitas  Indonesia, Muhammad Budyatna menilai politisi Koalisi Merah Putih yang pindah haluan ke Koalisi Indonesia saat ini seperti kubu Partai Golkar Agung Laksono dan juga PPP baik kubu Romahurmuziy maupun Djan Faridz yang sekarang berbondong-bondong ingin membawa partainya ke koalisi pemerintahan adalah politisi yang tidak cerdas,tidak memiliki nurani dan seluruh panca indranya sudah tidak berfungsi.Para politisi ini menurutnya hanya berorientasi pada kekuasaan atau jabatan dan uang saja.

“Saya melihat para politisi utamanya dari Partai Golkar kubu Agung Laksono maupun PPP dari kubu Romahurmuziy maupun Djan Faridz tidak cerdas, tidak punya panca indra dan hanya berorientasi pada kekuasaan, jabatan dan uang saja. Mereka tidak menggunakan karunia tuhan yang telah diberikan kepada mereka untuk berpikir,” ujar Budyatna ketika dihubungi wartawan, Selasa (17/3/2015).

Dia pun menjelaskan saat ini tidak ada satupun langkah pemerintah yang dipimpin presiden Jokowi memiliki nilai positif di mata masyarakat, sehingga aneh kalau ada politisi atau partai politik yang ingin bergabung kecuali karena ingin kekuasaan, jabatan dan uang saja.Nilai tukar rupiah yang melorot tajam, harga kebutuhan pokok, BBM, listrik, gas yang naik serta tidak adanya pembangunan yang dirasakan masyarakat meski subsidi BBM sudah bisa dikatakan dihapus total adalah indikator kegagalan pemerintah.

”Ibaratnya saat ini tidak ada satupun langkah pemerintahan saat ini dari fakta yang dipandang positif di mata masyarakat. Kalau sudah dipandang negatif, masih ada yang mau bergabung apa namanya kalau bukan bodoh?.Semua kenaikan harga kebutuhan masyarakat yang naik juga nilai tukar rupiah yang menurun adalah bukti kegagalan pemerintahan ini.Lah kalau pemerintahan gagal, masih ada yang mau ikut, kan aneh.Orang pemerintan ini tinggal tunggu waktu mau masuk ke jurang pada mau ikut serta,” jelasnya.

Dia menilai, saat ini PDIP sebagai partai pengusung utama saja sudah menyesal mengusung Jokowi. Wapres Jusuf Kalla pun tampaknya sudah banyak yang  tidak sejalan dengan langkah Jokowi dan bahkan rakyat yang pernah memilihnya pun menyesal telah memilih Jokowi karena kehidupan makin susah saat ini. Rakyat di bawah yang dahulunya memilih Jokowi saat pilpres pun sudah menyesali memilih Jokowi.Bahkan tambahnya tidak sedikit orang-orang yang memilih Jokowi saat pilpres, saat ini sudah malu mengakui memilih Jokowi.

“Sekarang ini yang namanya PDIP dan Ketua Umumnya Megawati sudah menyesal pernah mengusung Jokowi untuk jadi presiden. Rakyat pun menyesal Jokowi jadi presiden, termasuk masyarakat yang memilihnya saat pilpres, kini banyak yang tidak mengakui memilih Jokowi.Semua janji tidak ada satupun yang ditepati, semua saat ini baru merasakan bahwa semua yang dilakukan Jokowi sebelum jadi presiden hanyalah pencitraan semata,” tegasnya.

Buat Guru Besar Politik Universitas Indonesia ini, tidak mengapa jika ada yang menyeberang haluan.Tapi menurutnya hal itu baru bisa dilakukan dengan alasan yang kuat seperti suksesnya jalan pemerintahan yang ditandai dengan rakyat sejahtera,ekonomi kuat, harga terjangkau, pemerintahan stabil, hukum ditegakkan, dan sebagainya yang menjadi indikator keberhasilan. “Lah ini semuanya gagal kok mau diikuti?Mungkin kalau di pemerintahan yang sukses, orang-orang seperti Agung Laksono, Djan Faridz dan Romahurmuziy tidak akan terpakai, jadinya mereka  hanya bisa ikut cawe-cawe dalam pemerintahan yang kusut seperti saat ini,” tandasnya. (nisa)

CATEGORIES
TAGS