Pendekar Hukum Sedang Main Bola Gajah

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

MENYERANG saja tidak. Apalagi mencetak gol. Semua pemain hanya kotak-katik bermain bola di lapangan tengah. Para penonton dibuatnya frustasi dan muak melihat permainan bola yang seperti itu. Dalam suasana pertandingan yang begitu membosankan, salah satu alasannya , boleh jadi karena mereka bermain sabun. Persekongkolan dalam permainan sepak bola dipertontonkan dengan vulgarnya.

Pasti pola permainan yang seperti itu diperintahkan oleh pelatih atau manajer dan para pemain hanya menjalankan instruksinya saja. Yang paling menderita adalah para penonton karena mereka disuguhi permainan yang sangat tidak menarik dan membosankan. Bondo nekad (bonek) karena kecewa, para penonton bisa kalap dan ujung-ujungnya rusuh.

Kasus yang sekarang sedang ramai menjadi bahan berita adalah soal sogok, suap, pemerasan oleh oknum anggota DPR yang selalu meminta minta “jatah” ke perusahaan BUMN. Mereka seperti sedang bermain sabun antara oknum yang diduga “memeras” dan yang diduga “diperas” saling main sodok tapi tidak ada yang terungkap dan betulkah main sabun itu terjadi.

Bak permainan bola tadi, kedua belah pihak bermain di lapangan tengah, hanya kotak katik dan ramai menjadi bahan pemberitaan dan pergunjingan tingkat tinggi. Tidak ada satupun gol tercipta karena para pihak memang tidak bernafsu untuk mencetak goal.

Dahlan Iskan sudah menggiring bola ke tengah, tapi tidak digoreng sampai tercetak gol. Kemudian bola sudah di tangan Badan Kehormatan (BK) DPR dan dibawa lagi ke lapangan tengah, tapi tidak pula digoreng menjadi gol.

BK beralasan karena nama-nama yang disodorkan Dahlan Iskan tidak disertai bukti yang mendukung. Karena sudah muak, para penonton bubaran. Tapi anehnya, permainan itu terus berlanjut entah kapan akan berakhir, tidak jelas, padahal kalau di dunia persepakbolaan beneran, waktunya hanya 90 menit.

Sogok, suap, peras memeras, “barangkali” jalan terus sampai sekarang karena memang mereka adalah oknum yang sedang kesetanan untuk menjadi OKB (orang kaya baru) dengan melakukan cara-cara yang tidak patut. Mereka sedang terperangkap dalam “permain judi” yang tiada akhir.

Oknum yang berperilaku tidak terpuji seperti itu hanya tiarap sejenak jika ada “sidak” dari LSM, pemberitaan media tentang aksi-aksi profit taking yang dilakukan oleh oknum yang diduga terlibat. Heran juga tidak ada kapoknya, seperti tidak inget anak istri yang secara sadar atau tidak sadar, mereka dikasih makan dari hasil yang tidak halal alias uang haram. Tega nian memberi uang haram dimakan anak dan istrinya. Itu kan racun.

Jadi, Tim Dahlan Iskan dan Tim BK sedang bermain sepak bola gajah rupanya, siapa yang tertarik menonton, silahkan terus ikuti permainannya. Kasus yang lain seperti Hambalang, Bailout Century juga sama saja.

Aparat penegak hukum dalam hal ini KPK dan para elit politik yang diduga terlibat dalam kasus tersebut ” bermain mata”, ulur waktu (buying time) bagaimana akhir permainan itu, apa ada pemenangnya, kita tidak tahu.

KPK pakai strategi menghitung hari dan naik tangga, tapi akhirnya hanya hari-harinya yang berputar, boro-boro mau naik tangga, wong tangganya sudah dipindahkan para aktor intelektual dan para oknum yang diduga terlibat kasus Hambalang, Century atau yang lain.

Tangganya sudah dibuang ke laut jadi getek untuk melarikan diri. Sebagai penonton, sebagai rakyat biasa, hanya bisa berharap, semoga penanganan korupsi di negeri ini tidak seperti sedang bermain bola gajah, bermain sabun dan permainannya hanya berputar-putar di lapangan tengah.

Kita menunggu gol-gol indah tercipta alias semakin banyak koruptor yang bisa dijerat hukuman setimpal oleh aparat penegak hukum yang kredibel, kompeten dan punya nyali.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS