Pabrik Sumitomo akan Diresmikan Awal September

Loading

Laporan: Redaksi

Dirjen IUBTT Kemenperin Budi Darmadi

Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi

JAKARTA, (Tubas) – Produsen alat berat, PT Sumitomo Construction Machinery Indonesia (SCMI) yang kini tengah membangun pabrik, dipastikan akan segera merampungkannya dan akan diresmikan 15 September 2011. Pabrik yang berlokasi di Jawa Barat itu masih dalam tahap awal. Nilainya di atas USD 30 juta.

“Tapi tanggal 15 September nanti sudah dapat diresmikan,” kata Dirjen Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Budi Darmadi Jakarta, Rabu (24/8/2011) menambahkan SCMI terkenal dengan produk eskavator.

Saat ini, lanjutnya, belum ada produsen lain yang menjadi saingan SCMI di pasar. Sebab, hampir semua produsen alat berat di Indonesia masih bergantung pada komponen impor yakni di atas 30 persen. “Terutama untuk yang speknya besar, kita belum bisa buat,” ujarnya.

Corporate Planning SCMI Aswandi pernah mengatakan, untuk tahap pertama, perusahaan akan membangun pabrik dengan kapasitas sebesar 1.000 unit per tahun di Kawasan Industri Karawang, Jawa Barat seluas 10,1 ha. SCMI mengeluarkan dana investasi sekira USD 100 juta hingga 2013. Dana itu akan dipergunakan untuk membangun pabrik alat berat di Indonesia.

Aswandi berharap, pabrik itu akan mulai berproduksi September 2011 di mana, seluruh hasil produksi nantinya akan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.

Sementara itu, Budi mengatakan, sebelum membangun pabrik, investor biasanya sudah melakukan penjualan di berbagai daerah. “Selama ini, kayaknya mereka sudah jualan ke berbagai daerah seperti Kalimantan. Mulainya trading dulu. Dari sisi investor dia melihat pasar,” jelasnya.

Budi menuturkan, pemerintah bisa membantu produsen kendaraan untuk menciptakan pasar di dalam negeri. “Pasar dalam negeri bisa genjot ekspor. Misalnya, mobil murah dan ramah lingkungan ada segmen pasar bisa diciptakan. Indikatornya ada seperti ukuran pendapatan dan respon konsumen. Supaya manufacturing tumbuh, saya undang investor dan keahlian. Mobil murah bisa perluas ekspor otomotif Indonesia dari saat ini yang 72 negara,” ujarnya.

Pemerintah, kata dia, membidik konsumen berpenghasilan Rp 5 juta – Rp 8 juta per bulan per rumah tangga untuk pasar program mobil murah dan ramah lingkungan (low cost and green car). Budi mengatakan, hal itu berdasarkan survey yang dilakukan sebelum merilis program.

“Kita melihat ada segmen pasar yang potensial diciptakan. Kita survey ukuran pendapatannya, lalu pasarnya dipisah. Kalau pendapatannya naik, berarti ada segmen lagi yang bisa diciptakan,” ungkapnya.

Program low cost and green car juga membidik pasar ekspor. Budi mencontohkan, Vietnam dan Kamboja merupakan pasar yang potensial untuk produk low cost and green car dari Indonesia. Budi menambahkan, prinsipal asal India, Tata Motors juga ditawari untuk ikut memproduksi low cost and green car.

“Kita tawari program itu. Mereka ada beberapa produk unggulan di MPV. Sampai saat ini, belum ada nilai investasi yang direncanakan. Tapi, mereka sedang melakukan survey lokasi. Kita tawarkan beberapa lokasi,” kata Budi. (sabar)

TAGS

COMMENTS