Pabrik Gula Lokal Bagai Mengunyah dengan Gigi Ompong

Loading

101214-EKBIS-1

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Impor gula mentah (raw sugar) dan gula rafinasi terus meningkat setiap tahun . Tinginya impor gula yang banyak diminati kalangan industri makanan dan minuman ini memukul harga gula petani di dalam negeri.

Pemilik PG Blora yang juga Presdir PT Gendhis Multi Manis Kamadjaya mengatakan selama ini ada anggapan produksi gula lokal tidak cocok untuk kebutuhan industri karena tingkat incumsa atau kadar kepekatan warna gula yang masih tinggi.

Padahal, tambah Kamadjaya tak ada perbedaan antara gula rafinasi eks pabrik gula rafinasi yang berbahan baku raw sugar impor dengan gula eks pabrik lokal berbasis gilingan tebu atau gula kristal putih (GKP).”Nggak ada bedanya”tegasnya, Selasa (9/12/2014).

Menurut dia sudah sejak lama pabrik biskuit, wafer, minuman bersoda di Indonesia menggunakan gula eks pabrik lokal atau GKP. Namun sejak 1996 beralih dengan munculnya industri gula rafinasi yang berbasis bahan baku gula mentah impor.

Kenyataannya harga gula impor lebih murah dari gula lokal karena efisien dalam proses produksinya.Pemerintah telah membedakan dua jenis gula, yaitu gula rafinasi dan GKP sehingga menjadi ‘alasan’ untuk impor. Proses produksi gula lokal masih banyak yang menggunakan pabrik-pabrik gila tua warisan kolonial Belanda.” Seperti orang yang sudah tua, mengunyah makanan dengan gigi ompong,

Lantas bagaimana ? Kuncinya, kataKamadjaya harus ada pembangunan pabrik gula baru di dalam negeri. Selain itu juga perlu kualitas tebu petrani dan kualitas pabrik. Dari 50-an pabrik gula di Jawa hampir seluruhnya sudah tua.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama 6 bulan pertama 2014 gula impor terbagi menjadi pasir (rafinasi) dan gula tebu (gula mentah). Gula pasir diimpor sebanyak 38.713 ton atau US$ 21,1 juta.Gula tebu diimpor sebanyak 1,8 juta ton atau US$ 805 juta.

Proses produksi gula di dalam negeri, tambah Kamadjaya tidak efisien sehingga kalah bersaing dengan negara produsen gula lain seperti Thailand. Proses produksi gula lokal masih banyak yang menggunakan pabrik-pabrik gila tua warisan kolonial Belanda.” Seperti orang yang sudah tua, mengunyah makanan dengan gigi ompong, sampai di tenggorokan, lambung, anus ada kebocoran. Tidak efisien,”ungkapnya. (siswoyo)

CATEGORIES
TAGS