Menperin: Pemerintah Mengupayakan Perbaikan Iklim Usaha

Loading

20150417antarafoto-produksi

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Menteri Perindustrian Saleh Husin meninjau beberapa objek industri di Jawa Timur, Jumat (17/4/2015). Didampingi Dirjen Industri Agro sekaligus Plt. Dirjen IUBTT Kemenperin Panggah Susanto, Menperin meninjau PT. Karunia Alam Segar dan PT. Wilmar Nabati Indonesia di Gresik, serta PT Dumas Tanjung Perak Shipyard di Surabaya.

Ia mengatakan, industri makanan dan minuman memiliki peranan penting dalam pembangunan sektor industri terutama kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri nonmigas. Pada 2014, kontribusi Industri makanan dan minuman (termasuk tembakau) terhadap PDB industri nonmigas sebesar 30%. Sedangkan laju pertumbuhan kumulatif industri makanan dan minuman mencapai 9,54% atau meningkat dari 2013 sebesar 4,07%.

Dikemukakan, Pemerintah Pusat dan Daerah terus mengupayakan berbagai perbaikan di bidang iklim usaha, baik fiskal maupun non-fiskal, seperti penyediaan bahan baku dari lokal, penyediaan bunga bank yang bersaing, penyediaan insentif perpajakan untuk investasi, perbaikan dan peningkatan infrastruktur, penyediaan listrik dan gas yang mencukupi, serta sistem pelayanan perizinan dan nonperizinan satu pintu, sehingga dapat mempercepat pengembangan industri di dalam negeri.

Siaran pers Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenperin, Hartono, menyebutkan, Menperin mengharapkan PT. Karunia Alam Segar, sebagai pelaku industri makanan dan minuman, dapat terus melakukan upaya meningkatkan mutu, produktivitas, dan efisiensi di seluruh rangkaian proses produksi, sejalan dengan peningkatan kompetensi sumber daya manusia serta kegiatan penelitian dan pengembangan, sehingga dapat bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun 2015.

Menperin juga mengatakan, Indonesia mempunyai keunggulan pada industri perkelapasawitan, baik hulu perkebunan maupun hilir pengolahan minyak sawit. Pada 2014, produksi CPO (minyak sawit mentah) di Indonesia sebanyak 32 juta ton, sebagian besar diolah menjadi minyak goreng sawit, lemak padatan pangan, produk oleokimia, hingga biodiesel sebagai sumber energi terbarukan.

Ekspor minyak goreng, baik curah maupun kemasan, pada 2014 mencapai 13,7 juta ton dengan nilai ekspor sebesar USD 10,6 miliar.

“Rakyat Indonesia merasakan adanya stabilitas pasokan dan harga minyak goreng di dalam negeri, sehingga keberadaan industri ini membawa manfaat besar bagi ketahanan pangan,” tegas Menperin. Oleh karena itu, Pemerintah menetapkan industri pengolahan minyak sawit sebagai sektor prioritas nasional untuk menciptakan nilai tambah industri di dalam negeri.

Lebih lanjut Menperin mengatakan, bagi Indonesia, sektor maritim bukan hanya berfungsi meningkatkan aktivitas ekonomi, tetapi juga sebagai simbol kedaulatan negara. Bahkan, sektor ini memiliki peran penting untuk menyatukan berbagai pulau yang tersebar di seluruh Nusantara. Melalui visi kemaritiman, pemerintah menjadikan sektor ini sebagai prioritas pembangunan nasional.

“Pemerintah semakin serius untuk memperkuat sektor maritim dengan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia,” katanya.

Salah satu program utama untuk mencapai target tersebut, pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim melalui pembangunan tol laut, deep seaport, logistik, dan industri perkapalan. (ender)

CATEGORIES
TAGS