Menperin: IKM Produk Kreatif Pacu “Branding” Desa

Loading

ikm

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Produk kreatif masyarakat desa diandalkan untuk mengembangkan industri berbasis cita rasa dan budaya lokal. Kekhasan produk merupakan nilai jual tiap kawasan untuk dipasarkan dan dipopulerkan.

“Kreativitas rekan-rekan pelaku usaha kecil menengah di desa menjadi strategi jitu untuk pemasaran produk. Ini menjadi bagian dari ‘branding’ sehingga lebih fokus dan terus berkembang,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin usai menyerahkan Piagam One Village One Product (OVOP) di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (22/12/2015).

OVOP yang digelar oleh Ditjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin merupakan upaya menggerakkan masyarakat secara bottom-up. Setiap daerah mengolah potensi alam yang dimiliki menjadi produk yang spesifik dan khas dan selanjutnya dipasarkan baik di daerah lokal sendiri, nasional maupun tujuan ekspor.

Menurut SaIeh, Indonesia memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam yang jika diolah tercipta produk spesifik dan khas berbasis kekayaan budaya atau kearifan lokal.

“Produk kreatif tiap desa juga berpotensi menjadi tujuan wisata. Baik produknya sendiri, proses produksi hingga lingkungan sekitar tempat IKM berada,” katanya sembari mengatakan orientasi wisatawan saat ini tak hanya ingin melakukan perjalanan tetapi juga menjajal pengalaman produksi seperti membatik, menenun, dan mengolah makanan-minuman.

Kemenperin mencatat, pembinaan dan pengembangan IKM yang dilakukan sepanjang 2014 telah menghasilkan kontribusi IKM terhadap PDB industri pengolahan non-migas secara keseluruhan sebesar 34,56 persen .

Angka persentasi ini dapat dicapai berkat dukungan dari sekitar 3,522 juta unit usaha IKM (yang merupakan 90 persen dari total unit usaha industri nasional). Dengan jumlah unit usaha tersebut dapat terserap tenaga kerja sebanyak 9,02 juta orang.

Sedangkan nilai ekspor yang dicapai pada tahun yang sama adalah sebesar US$.19,62 miliar sebagai proses dari investasi yang ditanam sebesar Rp. 34,94 triliun, nilai bahan baku sebesar Rp 288,39 triliun, nilai produksi sebesar Rp 615,02 triliun, dan nilai tambah sebesar Rp 252,53 triliun. Hal ini berdampak pada meningkatnya ekonomi Nasional serta mengurangi kemiskinan.

Dirjen IKM Kemenperin Euis Saedah mengatakan, pihaknya melakukan kajian lapangan yang memaparkan produk-produk spesifik dan khas di Indonesia antara lain makanan ringan dan minuman sari buah – sirup buah, kain tenun, produk batik, anyaman, gerabah dan keramik hias.

“Penyelenggaraan OVOP ini merupakan kali kedua setelah tahun 2013 lalu. Tahun ini penerima piagam sebanyak 110 IKM dan yang mendapat bintang lima sebanyak 2 IKM dan bintang empat sebanyak 23 IKM,” ulasnya. Sementara itu, penerima Piagam Produk OVOP kategori bintang tiga sebanyak 51 IKM dan kategori bintang dua sebanyak 34 IKM.

Peraih penghargaan OVOP bintang lima adalah Batik Winoto Sastro asal Yogyakarta yang konsisten mengembangkan batik tulis, menggunakan pewarna alam dan menyediakan kain serta pakaian batik untuk berbagai kalangan. (sabar)

TAGS