Kemenperin Pacu Kawasan Industri Berbasis Smelter Serap Investasi dan Naker
DI MOROWALI – Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bersama (dari kanan) Staf Khusus Menperin Happy Bone, Komisaris Utama PT Sulawesi Mining Investment (SMI) Letjen (Purn) Sintong Panjaitan, Komisaris PT Sulawesi Mining Investment (SMI) Halim Mina, CEO PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Azam Azman Natawijana, serta Bupati Morowali Anwar Hafid meninjau salah satu PLTU yang telah dibangun untuk mendukung pengoperasian pabrik smelter nikel di Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah, 11 Januari 2016. –tubasmedia.com/ist
MOROWALI, (tubasmedia.com) – Kementerian Perindustrian mendorong percepatan pembangunan Kawasan Industri Konawe di Sulawesi Tenggara dan Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah yang merupakan salah satu prioritas dalam program pengembangan basis industri logam.
“Kami terus memacu pembangunan kawasan industri di luar Pulau Jawa, termasuk di Morowali sebagai wujud implementasi arahan Presiden Joko Widodo untuk memfokuskan agenda pemerintah di tahun 2017 pada pemerataan,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika kunjungan kerja meninjau Kawasan Industri Morowali di Sulawesi Tengah, Rabu (11/1).
Kawasan industri terpadu dengan lahan seluas 2.000 hektar tersebut akan menarik investasi sebesar Rp78 triliun dan menciptakan tenaga kerja langsung sebanyak 20 ribu orang, dan tidak langsung mencapai 80 ribu orang.
Menurut Airlangga, Kemenperin memfasilitasi pengembangan 14 kawasan industri di luar Pulau Jawa dalam upaya mengakselerasi cita-cita pemerintah untuk pemerataan industri dan melakukan pembangunan yang Indonesia sentris.
“Keberadaan industri-industri di kawasan ini akan memberikan multiplier effect bagi perekonomian daerah dan nasional sehingga mampu menyejahterakan masyarakat,” tuturnya.
Menperin juga menyatakan, Kawasan Industri Morowali turut mendorong langkah pemerintah dalam program hilirisasi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri. “Oleh karena itu, di kawasan ini difokuskan pada pembangunan industri pengolahan dan pemurnian mineral logam atau smelter dengan bahan dasar nikel,” jelasnya.
Sejauh ini, dipaparkan Menperin, perkembangan pembangunan industri smelter nikel dan fasilitas pendukung lainnya di Kawasan Industri Morowali, antara lain telah beroperasinya industri smelter feronikel PT Sulawesi Mining Investment yang berkapasitas 300 ribu ton per tahun sejak Januari 2015.
“Pabrik ini didukung oleh satu unit PLTU dengan kapasitas 2×65 MW. Pada tahun 2015, perusahaan telah menghasilkan nickel pig iron (NPI) sebanyak 215.784,11 ton per tahun,” ujar Airlangga.
Selanjutnya, sejak Januari 2016, telah beroperasi industri smelter feronikel PT Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry dengan kapasitas 600 ribu ton per tahun dan didukung oleh satu unit PLTU berkapasitas 2×150 MW. Pada awal 2016, perusahaan mencatatkan produksi sebanyak 193.806 ton.
“Sebagai tahap lanjutan dari PT. Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry, saat ini juga telah dilakukan commissioning test pabrik stainless steel dengan kapasitas 1 juta ton per tahun,” ungkapnya
Selain itu, terdapat pula industri smelter feronikel PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel dengan target kapasitas 600.000 ton per tahun dan stainless steel sebanyak 1 juta ton per tahun yang tahap pembangunannya saat ini mencapai 60 persen.
“PT. Indonesia Ruipu Nickel and Chrome yang merupakan smelter Chrome juga masih dalam tahap pembangunan dengan progres 60 persen dan diharapkan pada awal tahun 2018 pabrik ini dapat mulai berproduksi,” ujarnya.(ril/sabar)