Hidupkan Lagi Pelajaran Budi Pekerti

Loading

Laporan: Redaksi

Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Perindustrian, Imam Haryono

Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Perindustrian, Imam Haryono

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Pendidikan Budi Pekerti harus dihidupkan kembali. Tanpa pendidikan itu, niscaya karakter warga bangsa kita tidak akan bisa pulih, malah akan semakin tidak jelas. Artinya, dekadensi moral yang terjadi pada kehidupan bangsa ini, hanya bisa dipulihkan oleh Budi Pekerti.

Hal itu diutarakan Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Perindustrian, Imam Haryono kepada TubasMedia.Com di ruang kerjanya pekan silam mengomentari maraknya tindak pidana korupsi yang dilakukan oknum-oknum petinggi di negeri ini.

‘’Yang terjadi saat ini adalah dekadensi moral. Mungkin pengaruh gaya hidup orang asing sementara kita belum siap menerimanya,’’ katanya.

Namun demikian, Imam tidak serta menghakimi gaya hidup asing dan Imam\tidak menyatakan kehidupan asing itu jelek. ‘’Bukan mengatakan begitu, tapi kitanya yang belum siap dan jangan main-main pula dengan teknologi informasi yang membuat dunia ini terbuka lebar bagi siapa-pung yang sudah bisa mengoperasikan teknologi modern itu. Kalau tidak hati-hati teknologi modern itu bisa jadi bumerang,’’ lanjutnya.

Maka itu disarankan, agar sejak dini, mulai dari usia taman kanak-kanak, pelajaran Budi Pekerti sudah wajib ditanamkan dan harus terus menerus diingatkan, baik bagi anak-anak, orang dewasa dan kepada para orang tua dan bagi pejabat sekalipun.

Melalui pelajaran Budi Pekerti menurutnya, character building bisa diwujudnyatakan dan kalau pembangunan karakter sudah sukses, ke depannya, negeri ini sudah bisa dijamin jauh dari tindakan-tindakan yang a moral, termasuk korupsi akan bisa dihentikan.

Menurutnya, tidak jarang kita sebagai masyarakat yang hidup di alam Pancasila dan semuanya pemeluk agama yang soleh, malu berhadapan dengan warganegara lain seperti Jepang misalnya. Jepang adalah negara yang tidak kenal Pancasila dan minim beragama, tapi perilaku warganya jauh hebat dari perilaku warga yang ber-Pancasila.

Di Australia, lanjutnya, seorang orang tua, tidak akan marah kepada anaknya yang mendapat angka merah pada mata pelajaran matemika. Tapi orang tua itu akan marah besar jika ketahuan anaknya tidak mau antri bdli tiket atau antri naik bus kota atau tidak sopan di muka umum.

‘’Ini artinya, di negeri Kanguru tersebut, yang diutamakan warganya adalah sopan santun, Budi Pekerti dan bukan yang lain. Sebab jika kita sudah sopan dan santun dan penuh Budi Pekerti, hidup ini pasti aman dan nyaman,’’ tambahnya.
Menyinggung tindak pidana korupsi yang terus merajalela di Indonesia, dia menyebut kalau biang penyelewengan itu akibat dari tiga hal. Pertama niat, kedua kesempatan dan ketiga sistem yang tidak bagus.

Namun, kendati ada niat dan kesempatan, jika sstem sudah bagus, niat dan kesempatan tersebut akan secara otomatis gagal. Karena itu saatnya seluruh pihak memperbaiki sistem di masing-masing lini.

Tapi yang perlu dan sangat mendesak di negeri ini saat ini adalah perlunya figur yang bisa dijadikan oleh semua pihak sebagai suri tauladan, tidak terkecuali mulai dari presiden, menteri, gubernur, bupati, walikota, jaksa, hakim, polisi dan semua pihak harus bisa jadi panutan. ‘’Rakyat kita kini sedang mencari panutan,’’ katanya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS