Hadapi Ancaman ACFTA, Perajin Batik Tasikmalaya Semakin Gairah

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

PEMBATIK-Pengrajin batik Tasikmalaya ini tampak sedang menggunakan alat canting untuk membatik (tubas/hakri miko)

TASIKMALAYA, (TubasMedia.Com) – Para perajin batik di Tasikmalaya semakin bergairah, sejak adanya himbauan dan kebijakan Pemda Tasikmalaya agar warga lebih mengutamakan busana batik ketimbang yang lain. Khususnya pegawai di lingkungan Pemda tak terkecuali para pegawai Perbankkan BUMN dan BUMS serta masyarakat luas untuk menggunakan batik lokal Tasikmalaya, sebagai seragam kerja.

Imbauan itu dinyatakan Bupati Tasikmalaya H. Uu untuk mengantisipasi membanjirnya busana produk China di pasaran dalam negeri sebagai dampak diberlakukannya Asean China Free Trade Agreement (ACFTA).

Menurut Bupati dengan dikeluarkannya ACFTA per tanggal 1 Januari 2010, dikhawatirkan akan menghancurkan industri Indonesia, khususnya produksi lokal Tasikmalaya.

“Penerapan bea masuk barang-barang dari China ke ASEAN khususnya Indonesia menjadi nol persen, dikhawatirkan akan mengancam KUMKM termasuk di Tasikmalaya yang terkenal dengan KUMKMnya,” kata Bupati.

Melihat posisi daya saing Indonesia saat ini masih sangat rendah sehingga akan sulit menghadapi permasalahan yang ditimbulkan ACFTA. Menurut Bupati, berdasarkan catatan International Institute For Management Development posisi daya saing Indonesia merosot ke posisi 52 dari 55 negara.

Sedangkan posisi Tasikmalaya sendiri berdasarkan hasil penelitian Bank Indonesia pada tahun 2007, mengenai profil dan pemetaan daya saing ekonomi daerah Kabupaten dan Kota di Indonesia menduduki peringkat daya saing ke 143 dari 434 kabupaten dan kota yang diteliti.

“Bahkan dari berbagai faktor yang dinilai dalam penelitian tersebut tingkat kesempatan kerja di Tasikmalaya menduduki peringkat yang cukup rendah atau berada pada level 366,” ujar Bupati. (hakri/dadang)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS