Gotong Toa Pek Khong di Jakbar, Meriah

Loading

Laporan: Sari

Ilustrasi

JAKARTA, (Tubas) – Penutupan hari ke 15 setelah tahun Baru Imlek atau disebut Cia Gwe Cap Goh (bulan 1 tanggal 15), Minggu siang (20/1/2011) diselenggarakan  Acara Gotong Toa Pek Khong. Acara menggotong replika dewa (shen) dengan joli (tandu) dikawal dengan para tangsing (orang pintar).

Gotong Toa Pek Khong yang melibatkan ratusan orang ini dilakukan mulai dari Vihara Berbudi di Jl. Sawah Lio V – Kelurahan Jembatan Lima melintasi jalan Stasiun Kereta Angke-  Jl. Tubagus  Angke – Jl. Prof. Dr. Latumenten-Jl. Inspeksi Banjir Kanal – Roxi – Jl. KH. Mas Mansur dan kembali ke vihara.

Arak-arakan disemarakan dengan berbagai alat kesenian, tidak hanya mengundang perhatian, tapi juga cukup mengerikan. Belasan para Tangsing yang digotong dibagian pipinya ditusuk-tusuk besi jeruji sepeda dan mereka sekali-sekali duduk atau sambil tiduran disebilah pedang tajam.

Tak sedikit warga yang melihatnya menutup mukanya sambil berteriak. ”Iiiiihhhh serem amat,” ucap seorang wanita, menutup mukanya, namun matanya masih melihat diantara jemari yang direnggangkan.

Para Tangsin yang nampak kerasukan itu dipercaya sebagai media Dewa untuk berkomunikasi dengan manusia. Mereka  tidak ragu-ragu untuk menggoreskan tubuhnya dengan senjata tajam sampai menggesek-gesekan pedang ke lehernya atau memotong lidahnya.

Biasanya tetesan darah diusapkan ke kertas Dewa (hu) dan kertas ini  menjadi rebutan massa karena dipercaya akan dapat menyembuhkan penyakit, atau membawa keberuntungan, bahkan dipercaya sesuai keinginan yang dibutukan masing-masing.

Tapi para Tangsing yang ikut berpawai sebagian besar dari Kalimantan (Dayak), tubuhnya dihiasi lengkap dengan asesoris Kalimantan, dibagian kakinya ada alat bunyi-bunyian berbentuk buat yang diikat tali sesuai pergelangan kakinya. ***

CATEGORIES
TAGS