El Nino dan Manajemen Air

Loading

Oleh: Enderson Tambunan

ilustrasi

BADAN Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memprakirakan fenomena El Nino, yang menyebabkan musim kemarau lebih panjang, akan terjadi di wilayah Indonesia, pada Juli dan Agustus mendatang. Kepala BMKG, Andi Eka Sakya, pekan lalu menyampaikan perkiraan terbaru, pengaruh El Nino itu dalam kategori lemah, yang diperkirakan mulai terasa Juli 2014 dan puncak kemarau pada Agustus-November.

Kita pernah merasakan dampak kuat El Nino, pada 1997, yang menyebabkan kekeringan di berbagai wilayah Indonesia hingga Januari. Pada saat itu sungguh terasa kesulitan air bersih, air untuk pengairan, dan terjadinya kebakaran lahan dan hutan. Bertitik tolak dari pengalaman pahit itu maka, sungguh tepat BMKG terus memantau pergerakan fenomena alam itu dan menyampaikan hasil pantauan kepada masyarakat luas.

Terlepas dari perkiraan munculnya El Nino, apakah kuat atau lemah, wilayah negara kita, dari Sabang sampai Merauke, memang rentan akan bencana kekeringan dan banjir. Pada musim kemarau, sebagian wilayah kita menjerit kekurangan air dan pada musim hujan kebanjiran. Maka, jika El Nino datang, musim kemarau akan lebih panjang.

Peringatan dari BMKG akan perkiraan El Nino hendaknya kita sikapi sebagai warning agar siap menghadapinya. Dengan kesiapan penuh maka dampak fenomena alam itu akan dapat dikurangi. Itu berarti penderitaan akibat kekurangan air, baik untuk konsumsi maupun irigasi pertanian, akan dapat diminimalisasi. Lantaran itu, kita berharap BMKG tetap menyuplai informasi mengenai fenomena alam itu. Masyarakat dunia memang beruntung, karena dengan perkembangan teknologi, pemantauan fenomena alam dapat dilakukan secara tepat dengan hasil memadai.

Sejumlah narasumber yang dihubungi koran ini berpendapat, sudah saatnya kita lebih peduli pada upaya menghemat penggunaan air dan menabungnya sebagai sumber air. Itu dilakukan dengan memperbanyak daerah resapan air. Ada pula yang menyarankan agar segera disiapkan konsep satu miliar resapan air. Saatnya para petani kita mempunyai bak-bak penampungan air, yang dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.

Dengan kata lain, sudah saatnya diterapkan sungguh-sungguh manajemen air, sehingga pada musim hujan tidak banjir dan pada musim kemarau tidak kekeringan. Pemerintah Pusat dann DPR diharapkan memperkuat anggaran dalam APBN untuk pembangunan waduk dan bak penampungan skala kecil. Pemerintah daerah berkewajiban konsisten pada ketentuan, 30 persen dari luas wilayah harus menjadi ruang terbuka hijau.

Dalam manajemen air dimaksud, semua prasarana dan sarana yang terkait dengan menabung air hendaknya dikelola dengan baik. Bila memungkinkan dijadikan multifungsi. Umpamanya, menjadi tempat rekreasi dan perikanan darat. Dengan cara itu, pemeliharaan dan perawatan fasilitas umum dan sosial itu akan lebih terjamin. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS