Dikhawatirkan, Produksi Baja DN Tidak Mencapai Target

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Dikhawatirkan produksi baja dalam negeri tidak akan mencapai target jika permasalahan tersendatnya besi tua (scrap) di sejumlah pelabuhan tidak teratasi. Berdasarkan data Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), kemampuan produksi industri baja dalam negeri berada di kisaran 8-9 juta ton setahun.

Direktur Eksekutif IISIA, Edward Pinem merasa khawatir industri baja domestik hanya bisa berproduksi 4-4,5 juta ton pada tahun ini jika permasalahan tersebut masih terjadi. Produksi baja dalam negeri diduga turun signifikan pada 4 bulan pertama 2012 akibat tersendatnya bahan baku di sejumlah pelabuhan di Indonesia.

Pada Januari-April 2012 produksi baja Indonesia hanya mencapai 1,5 juta ton atau anjlok 50 % dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 3 juta ton. “Ini menunjukkan industri baja kita sudah mengkhawatirkan,” katanya, pekan lalu.

Menurut dia anjloknya produksi tersebut akibat tertahannya sekitar 7.000 kontainer bahan baku berupa besi tua di sejumlah pelabuhan sejak 4 Februari lalu. Pemerintah belum memiliki solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Mereka berasumsi impor scrap harus melalui pemeriksaan yang sangat ketat di pelabuhan dengan alasan untuk menjamin bebas dari bahan berbahaya dan beracun (B3). Saat ini, industri baja masih mengimpor 70% scrap untuk bahan baku peleburan baja dan 30% bahan baku lainnya dipasok dari dalam negeri.

Ketua Klaster Paku dan Kawat IISIA, Ario Setiantoro menambahkan industri yang paling terkena dampak dari kebijakan penahanan scrap tersebut adalah industri hulu. Meskipun demikian, industri hilir, seperti paku dan kawat, juga terkena dampak karena harga bahan baku diperoleh dari industri hulu.

Akibat tersendatnya bahan baku scrap itu, harga bahan baku dari industri hulu naik 500 % – 600 % dibanding dengan periode sebelumnya. “Ini sudah sangat memengaruhi biaya produksi kami,” katanya. Dengan demikian, harga jual kawat dan paku ke konsumen juga mengikuti kondisi meningkatnya beban biaya operasional tersebut. (sis)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS