BOM Menjawab Kompetisi SDM

Loading

Laporan: Redaksi

Ilustrasi

Ilustrasi

JAKARTA, (TubasMedia.Com) – Ada pekerjaan besar di Komisi X DPR yang membidangi Pendidikan, Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga. Salah satu yang menjadi perhatian anggota Komisi X DPR Utut Adianto adalah merehabilitasi ruang sekolah SD maupun SMP.

“Untuk SD ada sekitar 153.000 ruang kelas yang akan direhab. Artinya kalau pekerjaan pertama ini tuntas maka ke depan pungutan-pungutan yang memberatkan rakyat banyak itu otomatis berkurang,” ungkap pria kelahiran Jakarta 16 Maret 1965.

Menyusul pekerjaan kedua mendukung upaya pemerintah untuk rintisan BOM (Bantuan Operasional Mutu) untuk tingkat SLTA. “Jadi dibantu SPP-nya setahun Rp 125.000 sementara kalau SD, BOS-nya Rp 580.000, SMP-nya Rp 780.000“ sambung jawara catur itu.

“BOM ini kalau kita lihat masih kecil, tapi buat rintisan sangat bagus,” kata pecatur yang menyandang Grandmaster Internasional saat ditemui TubasMedia.Com di ruang rapat Komisi X. Dia sangat mengharapkan tahun depan BOM-nya bisa mendekati BOS-nya SMP. Jadi dengan rintisan BOM ke depan manusia Indonesia minimal bisa lulus SMA semuanya.

Sehingga antara lulusan SMP dan SMA untuk Sumber Daya Manusia (SMA) sangat signifikan dalam menghadapi kompetisi yang kian berat. Apa penyebab utama orang tidak sekolah?

Menurut politisi dari PDIP ini penyebab orang tidak sekolah adalah tidak punya duit untuk bayar SPP (Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan).

“Kalau orang tua dulu dalam bahasa jawanya : Dilampu mangan karo uyah (meski harus makan dengan garam) dijalanin orang tua demi menyekolahkan anak, yang penting SPP terbayar,” ungkap Utut.

“Ini yang menjadi pemikiran besar kita. Dan kalau kita dorong untuk BOM sampai satu juta rupiah per tahun maka butuh anggaran kurang lebih Rp 9 triliun, untuk 9.000.000 siswa,” sambungnya.

Undang Undang Dasar 1945 mewajibkan belajar (wajar) manusia Indonesia 9 tahun, maka jika bisa wajar sampai 12 tahun adalah suatu pemikiran yang serius yang harus didukung. Ini merupakan perubahan signifikan dalam kualitas manusia Indonesia ke depan.

Apakah dengan BOM ini tidak membuat manja anak didik sehingga semangat belajar kurang? “Jadi yang dibantu hanya untuk SPP. Sementara BOS mengcover SPP dan buku-buku wajib tetapi orang tua masih harus membeli sepatu dan baju. Kadang juga ada kegiatan yang membutuhkan dana tambahan, tidak mungkin dari A to Z dibiayai pemerintah,” tambahnya.

“Kita juga harus perjuangkan guru Indonesia yang jumlahnya hampir lima juta orang yang harus menangani siswa sebanyak 60 juta. Jadi per kapitanya 1:12 adalah cukup,” ungkap Utut.

Menurut dia justru persebarannya yang masih kacau terutama untuk daerah terbelakang atau pulau-pulau di perbatasan yang masih terpencil. Jadi perlu insentif buat guru yang mengabdi ke daerah-daerah tersebut. (rudi kosasih)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS