Berbuat Baik Tanpa Pamrih

Loading

Hal pertama yang harus dilakukan agar dapat berbuat baik tanpa pamrih adalah: Berusaha menyadari bahwa sejatinya semua manusia berasal dari Tuhan dan suatu saat akan kembali kepada ke asalnya, yaitu Tuhan. Manusia adalah hamba, kembalinya hamba kepada Tuhan hanya dapat jika berbekal kesucian, yang dilakukannya selama hidup di dunia. Kesucian dapat diperoleh manusia, apabila selama hidupnya di dunia berbuat tanpa pamrih keduniawian, semua dilakukan hanya karena cinta dan baktinya kepada Tuhan. Semua hamba Tuhan memiliki status sama di hadapan Tuhan, yang berbeda di antara para manusia hanyalah bentuk wataknya, cara berpikirnya, dan nafsu-nafsunya. Jadi, jika kita ingin dikasihi Tuhan, kita juga harus saling mengasihi, oleh karena kita sama-sama hamba. Caranya saling memberi, menerima, saling menolong, memaafkan, bekerjasama dengan kasih sayang karena cinta dan bakti kepada Tuhan. Itulah berbuat baik tanpa pamrih.

Hal kedua adalah mengendalikan cara berpikir dan nafsu-nafsu kita. Mengendalikan cara berpikir diawali dengan selalu berpikir hal-hal yang baik-baik saja, dengan mengarahkan seluruh panca indra kita (penglihatan, pendengaran, perkataan, penciuman, dan perasaan). Lihatlah yang baik-baik saja, begitu juga dengarkan, katakan, cium dan rasakan yang baik-baik saja. Dengan demikian cara berpikir kita juga akan mengarah ke hal-hal yang baik saja. Bukankah masukan yang baik akan mengeluarkan hasil yang baik juga? Sehingga akhirnya, cita-cita apa pun yang ingin dicapai juga yang baik-baik saja, semua ditujukan hanya untuk kesejahteraan hidup bersama di dunia ini, dan sebagai hamba kelak kembali ke asal mula Hidup, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Jika cara berpikir kita sudah baik, akan diikuti dengan memiliki keinginan dan kemauan yang baik, sehingga nafsu yang ada pada diri kita juga bekerja dengan baik. Tidak ada lagi nafsu serakah, sombong, iri, dengki, fitnah, gosip, dan lain sebagainya. Yang ada hanya rasa kasih sayang kepada sesama, penuh rasa bakti kepada orang tua, bangsa dan negara, dan yang tertinggi adalah rasa taat dan bakti kepada Sang Maha Pencipta Alam Semesta.

Jika hal yang pertama dan kedua dapat dilakukan, maka harmoni dalam jiwa akan tumbuh. Semangat hidup yang positif, dan selalu dapat berbuat baik kepada sesama dengan tanpa pamrih. Ketulusan meliputi jiwa orang yang berbuat tanpa pamrih. Hal ini menjadi syarat jika kita ingin membangun masyarakat yang tenang, tenteram dan damai, yang akhirnya akan menumbuhkan masyarakat yang adil dan sejahtera.

Dapatkah kita berbuat baik tanpa pamrih? Jawabannya tergantung dari niat setiap pribadi dan kesadarannya sebagai hamba Tuhan, yang pasti jika di sana ada niat yang baik, pasti ada jalan yang baik.

Disarikan dari tulisan A. Burhan, di Majalah Dwija Wara, Januari 1966

1
2
CATEGORIES
TAGS