Berani Memaafkan, Tetapi Sulit Melupakan

Loading

Oleh: Benny Hartanto

ilustrasi

ilustrasi

DI dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, tempat kerja maupun masyarakat umum, berbuat kesalahan itu sering tidak dapat dihindari. Kesalahan, kekeliruan, kealpaan atau kekhilafan dapat disebabkan oleh pemikiran atau perbuatan sendiri, seperti salah mengartikan, menanggapi atau menerima; melanggar peraturan, dan menganggap salah atau menimpakan kesalahan pada orang lain. Sebagai manusia biasa kita itu tidak sempurna, tidak luput dari kelemahan dan kesalahan.

Oleh karena itu, sikap kita terhadap siapa saja itu sebaiknya ojo gumunan (jangan mudah terkagum-kagum) dan ojo kagetan (jangan mudah terkejut) terhadap perilaku orang lain; pejabat, selebritis, public figure dan lainnya, tetapi juga jangan merendahkan pendapat dan perbuatan rakyat biasa atau yang tergolong penjahat sekalipun. Biasa-biasa saja menanggapinya dan tetap waspada, sehingga tidak terperdaya.

Jika kita ingin menebus kesalahan, jangan mencari-cari alasan (excuses), melainkan buatlah permintaan maaf. Sudah sewajarnya kita bisa memaafkan satu sama lain, agar kita bisa hidup dengan damai.

Mengakui Kesalahan Sendiri dan Meminta Maaf

Apabila memang merasa bersalah kepada orang lain, maka akuilah kesalahan tersebut dengan berani dan jujur. “Maafin aku ya kemarin lagi emosi ….” Itu ungkapan yang sering dilontarkan. Orang yang mau meminta maaf (apology) lebih dahulu termasuk orang yang paling berani. Meminta maaf bukan berarti kita benar-benar bersalah.

Mungkin hal itu dilakukan demi menjaga hubungan baik atau persaudaraan, juga untuk membabarkan kasih sayang kepada sesama. Tetapi apabila permintaan maaf itu tidak dilakukan secara tulus, itu namanya pura-pura. Artinya berpura-pura atau tidak sungguh-sungguh, dan hal ini dapat merugikan kita sendiri.

Kadang-kadang mengatakan maaf adalah hal yang cukup sulit di antara kita, tetapi ini sebenarnya merupakan hal yang termurah untuk mendapatkan hasil yang termahal berupa hubungan baik. Dibutuhkan jiwa yang lebih kuat untuk mengakui kesalahan, menyadari pentingnya arti kesalahan dan mengambil pelajaran dari kesalahan itu. Dengan pengakuan salah dan permohonan maaf akan menghapus semua rasa penyesalan dan membuat kita menjadi orang yang lebih baik di mata kita sendiri serta meningkatkan nilai sosial kita.

Barang siapa sudah menyadari akan kesalahannya itu termasuk orang yang sudah mengerti hakikat kemanusiaannya, ialah manusia yang berbudi pekerti. Pengakuan bersalah, selain akan merasa lega, juga mengurangi dosa. Sedangkan orang yang tidak mau mengakui kesalahannya, maka perbaikan tidak dapat diharapkan darinya. Sehingga kesalahan serupa dapat terulang lagi. Bilamana yang dimintai maaf tidak mau memaafkan, itu bukan urusan kita. Tentunya Tuhan telah mengetahui niat baik kita.

Disisi lain, apabila kita disangka dan dituduh melakukan kesalahan, padahal itu tidak benar, maka perlu dijelaskan atau diklarifikasi. Selanjutnya tidak perlu ditanggapi agar tidak berlarut-larut. Yang lebih penting setelah mengakui kesalahan, berniat untuk memperbaiki diri, harus mau bertobat kepada Tuhan dan berjanji tidak akan mengulangi tindakan yang tidak sesuai dengan perintah Tuhan atau norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Memaafkan (forgiveness, pemberian maaf, pengampunan) berarti melepaskan sakit hati, kekesalan. kekecewaan, dan sejenisnya di masa lalu. Walaupun memaafkan tidak mengubah masa lalu, tetapi memperluas masa depan. Siapa tahu orang yang pernah punya masalah dengan kita justru akan menjadi mitra kerja atau pertemanan dan persaudaraan yang penting.

Memaafkan itu sebenarnya untuk kepentingan kita, bukan demi dia, oleh karena kita sendiri yang akan merasakan manfaatnya, yaitu berupa ketenangan batin.

Lebih baik memaafkan daripada menyalahkan atau menghakimi. Walaupun kita tahu bahwa seseorang itu bersalah, tetapi kita harus pandai-pandai bersikap. Kalau mau menunjukkan kesalahannya, harus dijaga jangan sampai menyinggung perasaannya. Tetapi kalau tidak mengetahui kesalahan dan permasalahannya, jangan sekali-sekali menyalahkan atau menghakimi.

Memaafkan itu sebenarnya tidak sulit untuk dilaksanakan. Ibaratnya, untuk memaafkan dibutuhkan cukup satu orang, sedangkan untuk mendamaikan dibutuhkan paling sedikit dua orang. Tergantung pada diri kita sendiri, mau memaafkan atau tidak.

Sebagaimana meminta maaf, untuk memaafkan ini juga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Bilamana dilakukan tidak dengan tulus, maka hal tersebut akan dapat ketahuan (terdeteksi) di kemudian hari.

Kenapa Sulit Melupakan?

Banyak orang takut untuk memaafkan orang lain, karena seolah-olah mereka harus mengingat kejadian di masa lalu atau tidak mau mengambil pelajaran dari situ. Padahal memaafkan itu berarti membuang ingatan buruk di masa lalu.

Sekali dikecewakan, disalahkan atau diperlakukan tidak baik oleh orang lain, menjadi tidak dendam itu pun sudah untung. Mungkin ada kejadian yang sangat menyakitkan hati, yang menyinggung perasaan, yang membuat harus menangis berhari-hari, yang membuat malu, yang sangat membekas di hati, dan lain sebagainya.

Semua yang tergolong sakit hati (ill feeling), yang mungkin sudah terlalu dalam tertanam di hati, bisa jadi rasanya memang sulit untuk dilupakan. Seseorang bisa saja meminta maaf tanpa henti dan bahkan jika kita memaafkan mereka, kadang-kadang kita tidak bisa melupakan rasa sakit hati yang telah mereka perbuat kepada kita. Itu manusiawi sekali.

“Saya dapat memaafkan, tetapi tidak dapat melupakan (I can forgive, but I cannot forget.)” hanya merupakan cara lain untuk mengatakan tidak mau memaafkan. Tidak ada satu orang pun yang ingin memiliki kenangan pahit. Tetapi apa manfaatnya harus diingat terus, malahan bisa menambah sakit hati atau bahkan menyebabkan timbulnya rasa dendam. Untuk apa memelihara penderitaan, lebih baik dibuang jauh-jauh.

Masih banyak hal-hal lain yang perlu dipikirkan, diperhatikan dan dikerjakan. Dengan perasaan yang rela melepaskan semua kenangan pahit, maka hati akan menjadi tidak terbebani. Jiwa akan menjadi lebih sehat.

Saling Memaafkan itu Sifat Tuhan yang Harus Dicontoh

Jika kita telah melakukan sesuatu yang salah, mintalah maaf. Jika seseorang telah berbuat salah, maafkanlah. Saling memaafkan itu merupakan kiasan sebagian dari sifat Tuhan yang harus dicontoh oleh manusia. Oleh karena sejak kecil kita sudah diajarkan dalam pelajaran agama apa pun, bahwa Tuhan Mahamurah, Mahakasih.

Tindakan saling memaafkan itu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tulus, agar dapat mencairkan semua keluhan, kemarahan dan kebencian. Dengan saling memaafkan diharapkan dapat membantu memulihkan hubungan dengan orang lain yang telah ternodai oleh suatu kejadian dan membantu kita tumbuh dalam kerendahan hati.

Setiap orang, yang baik maupun yang jahat, tidak luput dari kesalahan dan kelemahan, karena secara alamiah manusia mempunyai watak baik dan buruk. Bahkan orang yang dibilang baik sekalipun bisa berbuat kesalahan. Oleh karena itu, minta maaf kepada dan memaafkan orang lain sangat wajar untuk selalu dilakukan.

Walaupun sudah bisa memaafkan, mungkin masih teringat terus, tetapi tidak ada pilihan lain kecuali harus bisa melupakan. Perasaan negatif yang sudah pernah tergores di dalam hati harus bisa dilupakan dan diganti dengan mengingat kebaikan orang yang menyakitkan hati. Di samping itu, kita juga harus bisa berwatak rela menghadapi aneka macam kehidupan yang terasa tidak menyenangkan selain juga harus selalu mensyukuri sebagai hikmahnya.

Setelah memahami makna meminta maaf dan memaafkan orang lain serta bagaimana agar dapat melupakan kejadian yang melatar-belakanginya, sekarang tinggal mempraktekkannya didalam kehidupan nyata sehari-hari. Yang paling mudah dan layak untuk tempat praktek adalah kehidupan dalam keluarga, mencakup bapak, ibu, anak-anak dan anggota keluarga lainnya.

Biasakan budaya saling memaafkan dan merelakan kejadian yang tidak enak di masa lalu untuk ditumbuhkan. Penerapan di lingkungan internal keluarga ini sangat mudah dilakukan, karena mudah untuk diajarkan, dijelaskan, diperbaiki dan disempurnakan. Baru kemudian meningkat ke kehidupan di luar keluarga yang lebih heterogen sifatnya. Bersyukur di Indonesia budaya saling memaafkan ini sudah terjadi sejak lama melalui peringatan Hari Raya Idul Fitri.

Setelah membaca tulisan ini, maka apabila ada kesalahan dan kalimat yang tidak berkenan, penulis akan meminta maaf terlebih dulu dan para pembaca pasti akan memaafkan. Terimakasih. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS