Balai Diklat Kemenperin Berdayakan Startup di Yogyakarta

Loading

DI BDI YOGYAKARTA -Kepala Biro Humas Kementerian Perindustrian, Kris Sasono Ngudi Wibowo (berkacata mata) melihat secara dekat Automated Camera Inspection yang sedang diproduksi BDI Yogyakarta -tubasmedia.com/sabar hutasoit

 

YOGYAKARTA, (tubasmedia.com) – Indonesia berada di posisi ke-5 negara dengan jumlah perusahaan rintisan atau startup terbanyak di dunia pada tahun 2022 dengan 2,346 startup, berdasarkan laporan dari Startup Ranking. Amerika Serikat, India, Britania Raya dan Kanada menempati posisi empat besar.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan bahwa startup  dapat menjadi salah satu solusi untuk membantu transformasi teknologi industri.

“Saat ini kita berada di era digitalisasi yang terakselerasi dengan cepat. Oleh karena itu, pelaku industri harus mulai bertransformasi dengan mengadopsi teknologi,” ujar Menperin.

Balai Diklat Industri dalam naungan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian memiliki program pembinaan startup bernama Inkubator Bisnis sebagai salah satu bentuk pembinaan SDM industri.

“Pembinaan sumber daya manusia industri mencakup pembinaan wirausaha industri yang mana tujuannya adalah untuk menciptakan wirausaha yang berkarakter dan bermental kewirausahaan serta berkompetensi di bidang usahanya,” tutur Kepala BPSDMI Kemenperin, Masrokhan.

Salah satu Balai Diklat Industri Kemenperin, BDI Yogyakarta, turut memiliki program inkubator bisnis yang dinamakan Ibiza (Inkubator Bisnis Pazti Bisa). Program tersebut mendukung usaha baru khusus di bidang industri plastik, kerajinan kulit dan produk kulit.

“Usaha yang terpilih atau yang kerap disebut tenant akan mendapatkan layanan inkubasi yaitu pengembangan produk, pengembangan pasar, dan Start Up Graduate Program,” lanjut Masrokhan.

Dalam mengembangkan produk, para tenant mendapatkan bimbingan terkait product development hingga product simulation, dengan evaluasi capaian mingguan, bulanan dan evaluasi akhir.

KURSI RODA-  -Kepala Biro Humas Kementerian Perindustrian, Kris Sasono Ngudi Wibowo mencoba kursi roda bermesin  yang sedang diproduksi BDI Yogyakarta -tubasmedia.com/sabar hutasoit

Tidak Dilepas Begitu Saja

Selanjutnya, melalui pengembangan pasar, tenant juga mempelajari cara untuk memasarkan produk yang telah dibuat. Tenant akan mendapatkan konsultasi bisnis hingga business matching.

Setelah tenant lulus dari program inkubator, tenant tidak dilepas begitu saja. Ibiza BDI Denpasar memiliki Start Up Graduate Program untuk memantau perkembangangan pasca program inkubasi, serta memberikan pendampingan dengan intensitas yang lebih rendah.

Selain program inkubator bisnis, BDI Yogyakarta juga menyelenggarakan pelatihan Diklat 3 in 1 secara rutin. Dalam Diklat 3 in 1, peserta mendapatkan 3 manfaat sekaligus dalam 1 diklat, yakni pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan kerja.

Pelatihan dilakukan dengan menggunakan kurikulum dan modul yang mengacu pada kebutuhan industri agar terbentuk link and match antara lembaga pelatihan dengan perusahaan industri untuk menghasilkan lulusan pelatihan yang kompeten dan siap kerja.

Pada akhir pelatihan dilakukan sertifikasi kompetensi terhadap peserta pelatihan, yang bertujuan untuk memastikan bahwa lulusan pelatihan telah kompeten. Untuk memudahkan proses sertifikasi maka BDI membentuk Tempat Uji Kompetensi (TUK), Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP), dan menyiapkan perangkat terkait. Setelah proses penyelenggaraan pelatihan dan sertifikasi dilakukan, maka proses terakhir adalah penempatan lulusan berdasarkan kerja sama yang telah disepakati dengan pihak industri. (sabar)

CATEGORIES
TAGS