Ada Nggak

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Fauzi Azis

Fauzi Azis

DALAM keseharian, kita mengenal bahasa gaul, salah satunya ucapan “Ada Nggak?? Ejaannya yang benar adalah ada tidak? dan bagi orang Jawa sering mengucapkan ono ora atau wonten mboten. Kalimat pendek seperti itu kalau dibaca apa adanya tidak ada nilainya apa-apa kecuali kalau mau dibaca dengan maksud tertentu, kalimat pendek “Ada Nggak” bisa bersayap oleh yang mengungkapkannya, siapapun mereka.

Ada Nggak, bisa mengandung makna adanya sebuah pengharapan tertentu dari yang berucap. Itulah tadi disebut maknanya bisa bersayap. Dalam bahasa komunikasi verbal, Ada Nggak adalah satu bentuk konfirmasi pembicaraan antara seseorang dengan orang lain untuk mendapatkan kepastian jawaban atas pertanyaan pendek yang terucap “Ada Nggak“.

Kalau jawabannya ada, maka bisa jadi masih akan membuat penasaran dari pihak yang bertanya, tentu tergantung dari isi pembicaraan para pihak. Kalau yang diomongin tentang jual beli barang, maka pertanyaan yang akan diajukan adalah “Ada Nggak” yang bisa dinikmati oleh kita berdua (maksudnya untung atau fee atau apapun bentuknya).

Ada lagi yang diomongin misalnya tentang proyek pembangunan gedung olah raga yang nilainya triliunan rupiah, maka pasti, entah tiba-tiba datangnya atau tidak, akan meluncur kalimat pembicaraan “Ada Nggak” bagian saya/kita dari proyek tersebut. Jadi kalimat pendek “Ada Nggak” dalam sebuah pembicaraan serius atau guyonan bisa berujung mendatangkan manfaat bagi yang terlibat dalam suatu pembicaraan.

Kelakar tapi kalau ditanggapi serius hampir pasti akan kecipratan hasilnya. Apalagi kalau serius diucapkannya pasti akan kecipratan hasilnya dalam jumlah yang tidak kecil. Korupsi, suap, sogok bisa lahir gara-gara ucapan gurau atau serius dari kalimat pembicaraan yang terucap “Ada Nggak“.

Dalam dunia korupsi, suap dan sogok kalimat “Ada Nggak” sangat bertuah, karena gara-gara berucap “Ada Nggak” dan kalau nasib lagi mujur arus kasnya akan mengalir bisa dalam jumlah besar/kecil menuju ke brankasnya. Tapi kalau lagi apes, boro-boro isi brankasnya penuh, ludes bisa jadi karena habis untuk bayar pengacara dan keperluan akibat kelakuannya diketahui KPK.

Mafia anggaran, calo proyek, calo tanah, makelar izin bisa hidup makmur, bisa tinggal di rumah mewah dan bermobil Alphard hanya bermodalkan kalimat bertuah dalam pergaulannya, yaitu “Ada Nggak?” Nyebelin banget jadinya. Lebay amat pergaulannya hanya hidup mengandalkan kalimat sakti “Ada Nggak“.

Kalau jawabannya “Nggak Ada”, maka bisa malapetaka yang datang. Bisa dikucilkan dari pergaulan, bisa jabatan yang hilang dan kalau perlu dibikin sulit hidupnya karena suka berlagak budek nggak mau dengar kalimat sakti dan bertuah “Ada Nggak“?

Rusaklah dunia ini kalau semua bentuk pengabdian dilingkungan manapun semua diukur dengan nilai kebendaan dan untuk menciptakan nilai tersebut tidak perlu kerja keras dan cerdas. Pencipta nilai kebendaan itu bernama sebuah kalimat pendek “Ada Nggak“.

Kalau mau dipanjangkan kalimatnya, maka akan tertulis menjadi “Ada Nggak” ongkosnya, “Ada Nggak” bagian saya. “Ada Nggak” komisinya. “Ada Nggak” sudah menjadi budaya dan perilaku korup, suap dan sogok. Padahal aslinya hanya sebuah pertanyaan biasa yang kalau dijawab ada dan tidak ada pembicaraan bisa berahir begitu saja tanpa ada implikasi apa-apa bagi para pihak.

Tapi realitasnya tidak begitu bukan, tidak gratis bukan, tapi bersayap dan bertuah. Namun tidak perlu mendelete kalimat “Ada Nggak” dalam bahasa gaul sehari hari karena kalimat tersebut juga bisa bernilai positif dan juga menjadi bermakna lain, terutama bagi yang suka usil/bercanda atau yang serius menggunakanya untuk mendatangkan manfaat bagi diri seseorang dalam suatu proses pergaulan dan komunikasi bisnis maupun komunikasi politik. “Ada Nggak? sambil senyum simpul seperti tak punya dosa.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS