Zona Euro Goyah, Semua Panik

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Fauzi Azis

Fauzi Azis

SEMUA serba sibuk. IMF sibuk, Bank Dunia sibuk, ADB sibuk dan para analis pasar modal dan pasar uang juga tak kalah sibuk sambil membuat berbagai analisis dan perhitungan dengan metode canggih yang dikuasainya.

Tujuannya hanya satu, agar pelaku pasar dan investor tidak panik dan tidak rugi. Singkat cerita kita semua yang hidup di dunia ini tidak ingin rugi dan tidak ingin bangkrut. Rugi, untung, bangkrut, collaps adalah kondisi yang tercipta akibat pola pikir dan pola tindak manusia mengelola kehidupan ini baik itu dalam pengelolaan organisasi publik, bisnis maupun dalam rumah tangga biasa.

Genting, panik, galau, resah adalah bentuk sikap manusia ketika menghadapi keadaan kehidupan yang oleh para ahli, para pengambil kebijakan dan para analis menyampaikan suatu pernyataan bahwa ekonomi dunia sedang sakit. Akibat dari itu, nilai aset kita akan berkurang bahkan bisa ludes karena krisis ekonomi yang melanda dunia.

Coba kita lihat dari sudut pandang lain mengapa semua itu terjadi? Yang pasti bukan jin dan setan yang membuat peristiwa ekonomi seperti itu terjadi, apalagi peristiwa itu terjadi karena tangan Tuhan. Semua terjadi karena pola pikir dan pola tindak manusia sendiri.

Menjadi super power, pedenya menjadi sangat berlebihan, over confidence, bahkan mengarah ke sombong dan congkak. Sampai lupa diri, loss control bahwa AS, Eropa, China, Jepang dan negara besar lainnya juga bisa mengalami kerontokan sebagai bangsa.

Buktinya hutang mereka besar bahkan di atas batas ambang yang ditolelir yaitu 60 persen terhapa PDB. Kita tahu AS negara yang kaya di dunia. PDB-nya mencapai US$15 triliun, tapi nyatanya juga mempunyai persoalan dengan perekonomian.

Setelah kaya jadi sombong, rakus, negara lain tidak boleh kaya apalagi menjadi lebih kaya. Negara Eropa, AS yang sekarang lagi terkena musibah ekonomi, sebenarnya mereka bukan karena tidak pintar dan tidak cerdas, tapi mereka lupa bahwa semua musibah itu bisa menimpa siapa saja.

Yang sekarang kaya bisa menjadi miskin, yang miskin bisa menjadi kaya. Dan semua terjadi karena manusianya sendiri. Manusia dikarunia Tuhan akal dan diperintahkan untuk berilmu, bahkan kaya. Tapi semua aset titipan Tuhan tersebut yang melekat pada diri manusia harus digunakan untuk mendatangkan manfaat bagi orang lain bukan untuk membuat celaka orang.

Mereka barangkali sedang terjebak pada masalah keduniawian tanpa batas, at all cost. Akibatnya loss control, sehingga ketika musibah datang menjadi seperti tidak siap, semua dibikin sibuk, panik bahkan ada yang menyatakan bisa terjadi bunuh diri ramai-ramai/masal.

Kehidupan dunia telah menjadi dewa dan dijadikan sesembahannya. Manajemen, teknologi dan kepemimpinan adalah alat yang ampuh untuk menjadi digdaya, tapi nyatanya jebol juga dan musibah ekonomi dan musibah kemanusiaan lain yang datang. Artinya semua itu tidak bisa dijadikan jaminan karena yang bisa melakukan pengendalian itu bukan manajemen, bukan teknologi dan bukan kepemimpinan, tetapi hatinya/qalbunya, keimanannya kepada sang pencipta Tuhan YME.

Minimal resikonya tetap dapat dikendalikan. Liberarisme dan kapitalisme bagus, demokrasi baik, sosialisme juga sama baiknya. Yunani sekarang menjadi penjurunya ketika ekonomi euro mengalami tsunami. Keluar dari zona euro salah. Tidak keluar juga salah. Yang pasti semua menjadi susah, takut rugi takut bangkrut, takut nggak bisa makan, takut nggak bisa kerja dan sebagainya.

Ketakutan itu semua sebenarnya semu, karena Tuhan memberi akal dan ilmu bukan untuk membuat hidup menjadi susah dan takut. Akal dan ilmu diberikan supaya manusia saling memuliakan dan bukan untuk saling memusnahkan.

Kita diciptakan untuk saling bertolong-tolongan, saling berbagi, bukan saling silang karena kepentingan. Maka dari itu, akal, ilmu dan qalbunya harus seia sekata dalam pikiran dan tindakannya dan dibungkus dengan semangat kejujuran dan ketulusan dan penuh kesetiakawanan.

Tsunami ekonomi yang terjadi 1998,2008 dan sekarang menimpa zona euro, semuanya terjadi karena loss control. Kerja akal, ilmu dan qalbunya tidak sinkron. Nafsunya yang mengendalikan. Segala bentuk keputusan yang akan diambil tidak cukup hanya mengandalkan akal dan ilmu saja, tapi hatinya juga harus dilibatkan biar keputusan yang diambil tidak mendatangkan masalah.

Maaf superjet Sukhoi 100 yang mengalami musibah di Gunung Salak patut diduga pengambilan keputusannya hanya mengandalkan pada pertimbangan akal dan ilmu saja. Panggilan hatinya diignore.

Krisis ekonomi 1998,2008 dan krisis zona euro semuanya terjadi bukan karena hutang, karena neraca pembayarannya defisit, karena kebijakan ekonominya salah, karena ekonomi pasar dilanggar. Sekali lagi tidak karena itu. Tapi karena loss control, akal, ilmu dan qalbunya tidak bekerja seiring dan sejalan. Mengontrolnya hanya hawa nafsu.

Semoga tidak akan terjadi krisis ekonomi baru setelah krisis di zona euro. Berhentilah makan sebelum kenyang,agar kehidupan kita menjadi sehat. Jasmani dan rohaninya waras agar keseimbangan hidupnya terus terjaga. sehat secara ekonomi, sehat secara poitik dan sehat semuanya. Ekonomi dan politik yang berkelanjuatan adalah yang bukan dikendalikan oleh hawa nafsu.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS