Tangsel Bisa Menjadi Contoh
Oleh: Anthon P. Sinaga
PERHATIAN Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tentang dukungan kelengkapan fasilitas transportasi massal bagi penduduknya, patut dicontoh oleh Pemerintah Kota (Pemkot) maupun Pemerintah Kabupaten (Pemkab) lainnya, khususnya di seputar Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) yang selalu didera kemacetan.
Tiga stasiun kereta api di Tangerang Selatan, yakni Rawa Buntu, Sudimara dan Jurang Mangu, akan direvitalisasi oleh Pemkot Tangsel, bekerja sama dengan Kementerian Perhubungan, PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Pembangunan Jaya (pengembang kawasan Bintaro Jaya) dan PT BSD Tol.
Wali Kota Tangsel, Airin Rachmi Diany pekan lalu mengatakan, revitalisasi ketiga stasiun KA ini sangat mendesak. “Bagi saya, kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang mudah, cepat dan efektif, mengatasi kemacetan,”ujarnya. Dia menginginkan warga Kota Tangsel beralih dari penggunaan kendaraan pribadi ke alat transportasi massal kereta api, sehingga jalan raya tidak sesak dan terjadi pula penghematan penggunaan bahan bakar minyak.
Dikatakan, revitalisasi diawali pelebaran lahan taman dan parkir dengan membebaskan lahan milik PT KAI di sekitar stasiun. Selama ini, lahan parkir di tiga stasiun, hanya mampu menampung sekitar 80-100 kendaraan roda empat dan 100 kendaraan roda dua. Dengan revitalisasi nanti, daya tampung area parkir akan meningkat hingga dua kali lipat.
Revitalisasi sarana transportasi massal kereta api, sangat diyakini dapat mencegah kemacetan lalu lintas, akibat perkembangan pesat pembangunan di Kota Tangsel, maupun kebutuhan mobilitas antarkota di Jabodetabek. Masyarakat semakin membutuhkan mobilitas yang tinggi, massal dan tepat waktu. Hal itu hanya bisa dipenuhi oleh sarana transportasi massal kereta api, baik dalam bentuk kereta rel listrik (KRL), kereta rel diesel (KRD) atau kereta rel uap atau gas (KRU/KRG). Untuk itulah stasiun kereta api direvitalisasi.
Menurut wali kota mantan putri Jawa Barat itu, revitalisasi didahului dengan membangun fasilitas untuk parkir dan penumpang. Setelah itu baru dilanjutkan merevitalisasi gedung kantor dan stasiun dengan gaya yang lebih modern. Soal gaya ini, para arsitek PT Pembangunan Jaya sebagai pengembang pionir di Jakarta dan Tangsel, tidak diragukan lagi untuk membuat desain yang modern. Sehingga, pemilihan Pemkot Tangsel menggandeng perusahaan patungan swasta dan Pemprov DKI Jakarta ini, adalah tepat.
“Tahun 2012 ini dilakukan perluasan kawasan taman dan lahan parkir. Tahun 2013 baru dilakukan revitalisasi gedung,” kata wali kota yang sempat digugat, sehingga terpaksa dilakukan Pemilukada ulang. Dalam maket rencana revitalisasi, kawasan parkir di setiap stasiun akan diperlebar, termasuk jalan menuju stasiun. Di lahan sekitar parkir pun disiapkan taman sebagai kawasan hijau. Sehingga, selain asri, calon penumpang kereta api bisa menitipkan kendaraan di lahan parkir ini untuk melanjutkan perjalanannya.
Patut Dicontoh
Melihat mobilitas penduduk yang amat besar dari Bogor, Depok,Tangerang dan Bekasi ke Jakarta, maupun sebaliknya, revitalisasi sarana transportasi publik seperti dilakukan Pemkot Tangsel ini patut dicontoh. Pemkot-Pemkot di daerah pendukung (hinterland) Metropolitan Jakarta, tidak cukup hanya menampung keluhan warganya tentang kemacetan lalu lintas setiap hari yang menambah beban biaya hidup, stres dan polusi udara, tanpa ada tindakan jalan keluar.
Wanita pemimpin kota di selatan Jakarta ini langsung bertindak menyalurkan hasrat penduduknya untuk memecahkan kemacetan lalu lintas. Tidak hanya ikut-ikutan mengeluh, untuk sekadar menyenangkan hati rakyatnya. Mungkin perlu juga pemimpin kota hinterland Jakarta, dipilih wanita, seperti Airin, yang tulus mengemban amanat jabatannya. Ia tidak memikirkan korupsi, karena ada suami yang mencari nafkah keluarga.
Dengan merevitalisasi sarana transportasi publik, maka penduduk akan terbantu mobilitasnya untuk mencari nafkah atau menjual jasanya. Sehingga, masyarakat merasakan perhatian pemimpinnya untuk meringankan beban hidup, dan menyamankan kehidupan. Karena, tanpa pergerakan, kehidupan akan menjadi mati. Wisatawan pun akan berminat menggunakan transportasi publik tersebut.
Yang menarik lagi, ide wali kota yang masih satu keluarga dari pihak suami dengan Gubernur Banten ini, di sekitar bangunan kantor stasiun kereta api tersebut, akan dibangun kios-kios bergaya modern dan asri, sehingga para pengguna kereta api mempunyai pilihan lain untuk makan-minum atau bersantai, saat menunggu kedatangan atau keberangkatan kereta api. Mudah-mudahan Tangsel tidak kalah lagi dengan fasilitas transportasi publik di negara tetangga, Singapura. ”Selamat berkarya ibu wali kota!” ***