Sarjana harus jadi Penyedia Lapangan Kerja
BANDUNG, (tubasmedia.com) – Tidak masanya lagi seorang lulusan perguruan tinggi, menjadi pelamar kerja. Para sarjana itu diharapkan harus mampu menjadi penyedia lapangan pekerjaan dan jadilah sebagai pengusaha.
Sebab sudah menjadi kenyataan bahwa tingkat pengangguran di kalangan akademisi starta1 sudah semakin bergejolak. Solusinya, Rektor Universitas Sanggabuana (USB) Asep Effendi mengungapkan, lima tahun terakhir ini pihaknya terus mengembangkan Perguruan Tinggi (PT) yang berbasis entrepreneurship atau kewirausahaan.
Tujuannya untuk mendorong agar lulusan dari USB bukan menjadi seorang pelamar kerja, akan tetapi pencipta atau penyedia lapangan kerja. Menurut Asep, sejak tahun 2010 pihaknya terus mendorong agar pola pikir mahasiswa bukan lagi pada tataran pelamar kerja nanti setelah lulus, melainkan menjadi wirausahawan yang bisa memberikan peluang kerja pada orang lain.
Solusi itu dipaparkan usai membuka acara Launching dan Perjanjian Kerjasama antara Kreatif Indonesia Emas (Kriez) dengan Inkubator Bisnis Universitas Sanggabuana YPKP (IBISS), di Kampus USB, jala PHH Mustofa, beberapa waktu lau di Bandung.
Sejauh ini, banyak inovasi mahasiswa yang sudah dihasilkan mulai dari produk fashion support, hingga kuliner. Dalam program inkubator bisnis ini mahasiswa tidak hanya akan diberikan pendampingan dalam sisi manajerial, melainkan juga diberikan solusi mengenai kelemahan di bidang usahanya masing-masing. Pihaknya juga bekerjasama dengan lembaga pendampingan wirausaha kreatif, dan Kementerian Koperasi dan UMKM.
Ketua IBIIS, Siti Widharetno Mursalim menyebutkan, inkubator bisnis ini dibuat untuk menjadikan mahasiswa lebih paham soal wirausaha. Di dalamnya tidak hanya mahasiswa yang bisa diberikan pendampingan tetapi juga dosen, karyawan, dan masyarakat umum.
Pendampingan ini diberikan pada setiap anggota maksimal selama 3 tahun. Selama itu, mereka akan diberikan pendampingan pada sektor-sektor yang jadi kelemahan dari usahanya masing-masing.
Pembinaan pun dilakukan dalam tiga tahapan, yakni pra inkubasi dimana pihaknya melakukan seleksi anggota berdasarkan dari usaha mana yang memiliki potensi besar untuk berkembang. Selanjutnya, masa inkubasi, dimana anggota diberikan pelatihan sesuai dengan kelemahan usahanya, dan pasca inkubasi untuk eksis di kancah usaha nasional tetapi juga internasional.
Untuk gelombang pertama, pihaknya membuka 50 peserta yang nantinya akan seleksi maksimal menjadi 30 anggota. Menurut Siti, oleh karena itulah juga diberikan pendampingan di bidang managerial, pemasaran, hingga bantuan relasi untuk pendanaan modal usaha. “Di Jawa Barat, baru USB yang menerapkan konsep ini dan langsung dalam binaan Kementerian Koperasi dan UMKM,” tandasnya. (marto)