Petani Kopi Senyum, Petani Cabai Meringis
DOLOKSANGGUL, (tubasmedia.com) – Dua dari sekian banyak komoditi hasil pertanian terkenal dari Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) adalah kopi Lintong dan cabai merah. Kedua komoditi ini masing-masing membawa cerita tersendiri dimana yang satu aromanya nikmat, yang satunya lagi rasanya dan pengaruhnya sangat pedas.
Aroma kopi Lintong dengan cita rasa yang sudah mendunia saat ini mampu mendongkrak ekonomi masyarakat petani kopi di Humbahas karena harganya telah menyentuh level tertinggi dalam sejarah harga kopi. Aroma kopi Lintong itu terasa membawa kenikmatan bagi masyarakat petani kopl.
Namun tidak demikian halnya rasa pedas cabai merah. Di Humbahas terasa benar-benar membuat ‘’pedas’’ nasib masyarakat petani cabai merah.
Betapa tidak, saat ini cabai merah menyentuh harga paling rendah usai pandemi covid-19 hingga Rp 8.000 – Rp 10.000 per kilogram-nya.
Padahal harga pupuk, pestisida dan obat-obatan lainnya yang dibutuhkan petani cabai merah, sangat mahal.
Kalsen Siregar, petani cabai merah di Batugaja Desa Paranginan Utara Kecamatan Paranginan kepada tubasmedia.com menjelaskan bahwa dirinya benar-benar mengalami kerugian akibat anjloknya harga cabai merah, meskipun pada musim tanam lalu sempat merasakan harga cabai merah yang tinggi.
Kalsen mengaku dirinya bersemangat menanam cabai merah lebih luas lagi, mengingat harga tahun lalu yang membubung tinggi hingga Rp 90.000 per kg-nya.
Saat ini Kalsen telah menanam cabai merah di atas lahan seluas satu hektar. Kompos dan pemupukan yang cukup sudah dilakukan hingga membuat cabai merah miliknya cukup bagus dan berbuah lebat. Namun sekarang dia menjerit, harga cabai merah hanya Rp 8.000 -Rp10.000 per kg-nya.
“Bayar upah pekerja saja tidak cukup. ‘’Pedas’’ memang harga cabai sekarang, benar-benar membuat keringat saya mengucur,” sebutnya sedih.
Akibat rendahnya harga cabai merah tidak sedikit petani cabai merah putus asa dengan membiarkan cabainya tidak dipupuk dan disemprot lagi.
Masyarakat petani cabai merah berharap pemerintah dapat membuat solusi agar petani cabai merah tidak terlalu merugi.
Senyum-senyum
Beda halnya dengan petani kopi Humbahas. Mereka boleh senyum sumringah menikmati harga kopi yang lagi membubung hingga Rp 41.000 per kg-nya.
Erna Manullang, kasir UD Swizera Coffe, salah satu penampung kopi terbesar di Sigumpar Kecamatan Lintongnihuta mengaku bahwa petani kopi di Kecamatan Lintongnihuta dan Kecamatan Paranginan sedang merasakan nikmatnya aroma harga kopi. Bahkan kata dia, hasil produksi kopi Lintong sedang naik ditambah dengan harga yang membubung membuat petani kopi senyum-senyum.
“Banyak petani kopi pulang dari sini mengantongi uang berjuta- juta,” sebut Erna yang dibenarkan Jonner Hutasoit pemilik gilingan kopi UD Swizera Coffe, Selasa 23/5 di Sigumpar. (edison ompusunggu).