Pengrajin Ulos di Samosir Keluhkan Pengadaan Bahan Baku

Loading

Laporan: Redaksi

ilustrasi

DISKUSI – Kepala Dinas Koperindag, Kabupaten Samosir HR Sitanggang (kanan) terlibat diskusi dengan Kabag Industri Logam Direktorat IKM Wilayah 1 Lismaniar Siagian (kiri) dan Kabag Industri Kerajinan dan Sandang, Direktorat IKM Wilayah 1, Sumpena (tengah) seusai pembukaan “Pelatihan Pengembangan Desain dan Standarisasi Produk, Kluster, IKM Fashion” Pulau Samosir, Kabupaten Samosir, Selasa 29 April 2014. - tubasmedia.com/sabar hutasoit-

SAMOSIR, (tubasmedia.com) – Sulitnya pengadaan bahan baku bagi pengrajin dan penjahit ulos di Pulau Samosir akan diatasi melalui pengorganisasian para pengrajin dalam bentuk koperasi. Koperasi pengrajin yang akan dibetuk tersebut nantinya diharapkan mampu menjembatani pemasok bahan baku yang berada di Majalaya, Jawa Barat dengan pengrajin di Samosir.

Demikian Kepala Dinas Koperindag, Kabupaten Samosir HR Sitanggang menjawab tubasmedia.com usai pembukaan “Pelatihan Pengembangan Desain dan Standarisasi Produk, Kluster, IKM Fashion” di Pulau Samosir, Kabupaten Samosir, Selasa 29 April 2014.

‘’Ini yang mungkin bisa mengatasi persoalan bahan baku yang terus dikeluhkan para pengrajin ulos,’’ tegasnya.

Sebelumnya, Deputy Chief Advisor Pengembangan Industri Lokal JICA, Keisuke Sugiyama kepada tubasmedia.com mengatakan kalau selama ini para pengrajin sangat kesulitan untuk mendapatkan bahan baku benang dan cat. Kalaupun ada, harganya menjadi relatif mahal dan pengirimannya juga selalu memakan waktu lama karena lokasi pengadaan bahan baku tersebut ada di Jawa Barat.

Karenanya, para pengrajin selama ini menjadi ketergantungan kepada toke yang mengadakan bahan baku tersebut. Para pengrajin tampil hanya sebagai pekerja murni bagi toke penyedia bahan baku dimana setelah bahan baku diterima, pengrajin bekerja dan produknya diserahkan kepada sang toke untuk dijual.

‘’Dengan pola seperti itu para pengrajin ulos di Samosir menjadi tidak mandiri. Karena itu kami dari JICA Jepang sebagai konsultan mengharapkan agar setelah pelatihan ini, para pengrajin menjadi mandiri,’’ katanya.

Dikatakan oleh Sugiyama agar tindakan dan upaya mengembangkan tenun ulos menjadi fashion jangan berhenti hanya pada pelatihan. Akan tetapi perlu dipikirkan bagaimana menguasai pasar. ‘’Pelatihan tanpa membuka jaringan pasar baik di dalam negeri maupun internasional, akan menjadi sia-sia. Sasarannya adalah market,’’ tegasnya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS