Pasar Obligasi Meningkat Paska Kenaikan BBM

Loading

obligasi-siap

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Laju pasar obligasi diluar dugaan cenderung mengalami kenaikan sepanjang pekan kemarin. Padahal dapat dikatakan adanya kenaikan harga BBM yang diperkirakan akan membuat inflasi meningkat dan adanya kenaikan suku bunga acuan BI rate merupakan sentimen negatif bagi pasar obligasi namun, tidak halnya dengan pekan kemarin dimana laju pasar obligasi justru merespon naik.

“Sentimen tersebut kami nilai merupakan sentimen positif tambahan setelah di pekan sebelumnya positif setelah merespon pidato bahasa Inggris Presiden Jokowi di hadapan ratusan delegasi APEC untuk memaparkan potensi investasi di Indonesia,” kata Head of Research PT Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, Senin (24/11).

Pergerakan yield secara mingguan masih mengalami pergerakan yang positif dimana mengalami penurunan di hampir seluruh tenor. Kelompok tenor pendek (1-4 tahun) mengalami penurunan rata-data yield 16 bps; tenor menengah (5-7 tahun) mengalami kenaikan yield 17 bps; dan tenor panjang (8-30 tahun) mengalami kenaikan yield yang tidak jauh beda dari yield jangka pendek dan menengah.

Terlihat obligasi pemerintah seri benchmark FR0069 yang memiliki jatuh tempo ±5 tahun masih melanjutkan kenaikan 60,7 bps. Sementara dengan FR0070 yang memiliki jatuh tempo ±10 tahun mengalami kenaikan harga 64,72 bps.Reza menjelaskan, dengan telah terpenuhinya target pembiayaan dalam APBN tahun 2014 yang bersumber dari penerbitan Surat Utang Negara maupun Surat Berharga Syariah Negara di pasar perdana dalam negeri maka lelang tersebut di pekan kemarin ditiadakan.

“Setelah kenaikan BI rate dan harga BBM tidak terlalu membuat pasar obligasi bergejolak maka kami harapkan di pekan depan laju pasar obligasi dapat kembali melanjutkan penguatannya,” tutur Reza.

Apalagi, lanjutnya, tampaknya sentimen dari global sedang positif terkait dengan keinginan ECB dan BoJ untuk mempercepat pemulihan ekonomi di kawasan masing-masing dengan kebijakan-kebijakan masing-masing yang kurang lebih hampir sama.

Di sisi lain, optimisme akan pemulihan ekonomi AS juga direspon positif pelaku pasar meski terkadang dibayang-bayangi pemikiran akan adanya pembalikan dana ke AS terutama setelah The Fed memang benar merealisasikan kenaikan suku bunga acuannya.

“Kami estimasikan jika kondisinya dapat positif maka diperkirakan laju pasar obligasi dapat bergerak menguat dengan minimal perubahan harga obligasi rerata sebanyak 35-50 bps,” imbuh Reza.

Tetapi, jika sentimen tersebut dimanfaatkan untuk profit taking maka sebaliknya harga obligasi pun akan berpotensi melemah hingga minimal rerata 45-60 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan sentimen yang ada. (angga)

CATEGORIES
TAGS