Pabrik Petrokimia yang Memproduksi BahanBaku Industri Benang dan Serat Juga Sudah Megap-megap
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Setelah sejumlah pabrik tekstil dan garmen di Indonesia berguguran, kini kabar menyedihkan menyusul lagi.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta menyebut, salah satu perusahaan produsen benang dan serat menutup pabriknya yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat.
“Dia perusahaan berorientasi pasar lokal, sekitar 80%. Sisanya ekspor. Dulu pekerjanya sekitar 3.000 orang. Tapi sudah melakukan PHK bertahap, hingga mungkin sekarang sisanya ada sekitar 1.500-an orang,” kata Redma kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (24/10/2024).
“Perusahaan ini punya 2 pabrik. Satu ada di Jawa tengah, memproduksi benang filamen, yang di Karawang ini memproduksi serat dan polimer. Bukan relokasi, tapi tutup. Tapi dia tidak langsung jual atau lepas aset. Mungkin melihat lagi kalau misalnya nanti ada angin bagus, bisa beroperasi lagi,” kata Redma.
Dia menjelaskan, terus berlanjutnya gelombang PHK di industri TPT nasional tak mengejukan lagi. Sebab, imbuh dia, setelah gelombang PHK di industri hilir, terutama pabrik garmen (pakaian jadi), kini PHK bergerak semakin ke hulu.
Megap-megap
Akibat anjloknya industri TPT hilir, ujarnya, pabrik petrokimia yang memproduksi bahan baku untuk industri benang dan serat juga kini megap-megap.
“Kalau PHK di hiliri terus terjadi, demand ke hulu berarti akan ngedrop. Kalau di hilir ngedrop, semua rantai, sampai ke pabrik serat, bahkan ke hulu lagi akan kena,” terang Redma.
“Bahkan, kini sektor petrokimai sudah mula terkena dampak. Mereka sudah tertekan karena masalah utilisasi yang terus menurun, kini cuma sekitar 60% rata-rata. Itu pun karena mereka masih ada ekspor ya. Kalau nggak ada ekspor, mungkin cuma hanya 40% utilisasinya,” ungkapnya.
Karena itu, tambah Redma, kini pelaku usaha industri tekstil nasional tengah menanti kebijakan pemerintah. Yang diharapkan lebih tegas berpihak kepada industri nasional. (sabar)