Nalar dan Instuisi Spiritual

Loading

Oleh: Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

Fauzi Aziz

INILAH cara berpikir masyarakat dalam menapaki jalan hidupnya. Sebagian mampu menggunakan nalarnya dengan baik dan sebagian lagi mengkombinasikannya antara penggunaan nalar dan instuisi spiritualnya dalam mengarungi samudera kehidupan.

Para pengambil keputusan di bidang pemerintahan dan bisnis, bidang politik atau bidang yang lain, sering menggunakan tool nalar dan juga instuisi spiritual (klenik, mistis, weton dll).

Test drive Ferari DI menggunakan tool nalar dan intuisi spiritual. Secara nalar, teknis teknologi Ferari DI belum bisa dinyatakan laik jalan, tetapi instuisi spiritual DI mengatakan bahwa Ferari-nya laik jalan, apalagi sudah dimandikan air bunga mawar/melati. Contoh lain, karena sangat percaya hari baik/hari tidak baik (pon, kliwon, wage dsb), keputusan penting seringkali dilakukan menunggu hari baik, padahal nalar sehat mengatakan bahwa sekarang saat yang tepat mengambil keputuan penting, baik di bidang pemerintahan dan di bidang bisnis.

Karena sudah menjadi keyakinan yang bersangkutan, maka siapapun tidak akan bisa mengintervensinya, kecuali dirinya sendiri. Nalar, logika dan proses intelektual adalah sesuatu yang penting dalam proses pengambilan keputusan. Intuisi juga sering dipakai dalam proses pengambilan keputusan dan dasar pijakannya adalah keyakinan dari yang bersangkutan si pengambil keputusan.

Instuisi spiritual yang sumbernya dari ajaran agama yang mengimani ajaran Tuhan-nya malah wajib menjadi alasan penimbang, sejak diniatkan yang disertai doa-doa mustajab agar Tuhan selalu memberikan petunjuk dan bimbingan-Nya sehingga keputusan yang diambil bermanfaat bagi semua pihak.

Tapi manakala instuisi spiritual bersifat mistis berbau klenik, maka upaya ini bersifat subyektif karena instuisi yang mistis itu hanya dipercaya dan diyakini oleh orang-orang tertentu, bukan oleh semua orang.

Opini ini hanya mengangkat sebuah realita fenomena yang hidup di sebagian masyarakat Indonesia. Ada unsur penalaran yang bersifat universal, ada yang bersifat religius dan inipun universal, melibatkan Tuhan Yang Maha Kuasa dalam proses pengambilan keputusan.

Tetapi ada pula yang melibatkan unsur yang bersifat mistis, klenik dan tidak berlaku universal karena hanya orang-orang tertentu berdasarkan keyakinannya bahwa dengan cara yang dilakukannya, mudah-mudah selamat.

Meminta pertolongan tidak hanya kepada Tuhan, tetapi juga kepada hal-hal yang gaib/mistis. Yang seperti ini dalam ajaran Islam disebut musrik/menyekutukan Tuhan. Tidak berniat sedikitpun untuk menghakimi bahwa apakah uji coba on the road Ferari DI dalam jarak yang cukup jauh salah atau benar berdasarkan kaidah hukum formal dan kaidah teknis, pak DI dalam menjalankan “misi” test road-nya pasti telah menggunakan kekuatan nalarnya, instuisi spiritualnya yang bersumber dari agama yang dianutnya dan ditambah satu faktor instusi spiritual yang mistis (menyiram air kembang).

Namun yang baik di sisi kemanusiaan dan di sisi Tuhan Yang Maha Esa adalah melakukan segala tindakan yang berdasarkan nalar yang sehat dan berdasarkan alasan teknis teknologis Ferari milik DI sudah dinyatakan layak jalan oleh pihak otorisator.

Dan saat kendaraan itu akan start, mintalah dukungan dari Allah, bukan minta ruwatan pak dalang dan menyiramkan air kembang. Sekali lagi, itu soal keyakinan dan kepercayaan pribadi. Tapi jika dalam peristiwa naas itu ada unsur pelanggaran UU, maka kesalahannya bila terbukti harus diproses secara hukum.

Soal dosa atau tidak dosa, itu hak prerogatifnya Tuhan yang berhak menjatuhkan hukuman. Yang pasti dan semua kita tahu di republik ini tidak ada plat nomor polisi DI. ***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS