Mengarahkan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Loading

Oleh: Fauzi Azis

Ilustrasi

Ilustrasi

SEMAKIN banyak konsumen yang kritis, secara otomatis peredaran barang-barang yang tidak layak akan berkurang dengan sendirinya. Konsumen cerdas juga lebih mencintai produk dalam negeri ketimbang produk impor.

Gerakan mencintai dan membeli produk lokal menjadi benteng terakhir di tengah derasnya aliran barang impor. Dengan mengabaikan produk impor, industri dalam negeri akan tumbuh dan pengangguran pun semakin berkurang (Konsumen Cerdas, Kompas, Kamis, 8 Maret 2012, halaman 17).

Pernyataan tersebut merupakan suatu edukasi yang baik dan positif bagi kita semua yang mengharapkan adanya kemandirian ekonomi secara nasional. Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 yang telah menghasilkan nilai PDB sebesar Rp 7.427,1 triliun membukukan hampir 60% diantaranya disumbang oleh pengeluaran belanja konsumsi rumah tangga.

Tahun 2012 ini yang pertumbuhan ekonominya diproyeksikan mencapai 6,5% (dikoreksi dari proyeksi sebelumnya sebesar 6,7%), porsi pengeluaran belanja konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tetap besar sebagai penghela pertumbuhan. Inilah sejatinya faktor pembentuk kekuatan daya beli masyarakat yang kita harapkan dari waktu ke waktu harus terus bertumbuh.

Dalam satu pernyataannya, Menteri Perdagangan Gita Wiryawan pernah mengatakan bahwa kekuatan pengeluaran belanja konsumsi masyarakat yang sangat besar itu, beliau targetkan agar 95%nya dapat dibelanjakan produk dan jasa yang dihasilkan di dalam negeri. Sebuah kehendak politik ekonomi yang patut didukung dari pernyataan tersebut.

Syukur bisa dibuat road mapnya agar target tersebut dapat tercapai. Road map yang memuat tentang kebijakan, progam dan rencana tindaknya. Road map tersebut sebaiknya disusun bersama oleh seluruh komponen bangsa yang difasilitasi oleh pemerintah.

Mendorong masyarakat dan kita semua agar makin bisa menghargai karya anak bangsanya sendiri harus menjadi kewajiban kita bersama. Cerdas, rasional, komited dan bertindak nyata adalah sikap yang paling terpuji untuk mendukung setiap progam yang ujungnya akan membuat kita semua sejahtera dan makmur, karena diantara kita tidak ada yang menganggur dan miskin.

Tidak ada yang menganggur dan miskin karena kita bisa mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang layak akibat industri dapat bekerja pada kapasitas yang optimum. Agar kondisi ini bisa tercapai, maka kebijakan ekonomi yang seharusnya dikembangkan adalah mengarahkan pengeluaran belanja konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah, meningkatkan investasi di sektor riil, meningkatkan ekspor dan mengendalikan impor.

Dalam ranah globalisasi dan perdagangan bebas sekalipun, tidak ada negara di dunia yang tidak menerapkan kebijakan ekonomi yang seperti itu sebagai mainstreamnya. Hal ini dilakukan karena tidak ada negara yang akan merelakan negaranya menjadi bangkrut tapi pasti ingin berdaulat baik secara politis maupun ekonomi dan ingin menjadi bangsa yang kuat dan mampu bersaing.

Dalam konteks yang seperti ini, maka pemerintah sebagai regulator dan sekaligus sebagai fasilitator sebagai dapat melahirkan kebijakan afirmative yang mampu menstimulasi pengeluaran belanja konsumsi rumah tangga kearah yang lebih riil agar pengeluarannya tidak habis untuk membeli barang-barang impor.

Langkah kongkritnya berarti kendalikan dan batasi impor barang konsumsi. Cegah dan tindak ilegal impor tanpa harus mengganggu kegiatan importasi yang legal. Fasilitas atau kemudahan fiskal sebaiknya mulai di arahkan untuk menstimulasi agar intensitas intra industrial trade di dalam negeri makin tinggi dan juga bagi para konsumen yang membelanjakan uangnya membeli barang-barang lokal (bukan impor) semakin dominan.

Pameran-pameran yang diselenggarakan di dalam negeri diprioritaskan hanya untuk tujuan promosi produk buatan buatan dalam negeri. Sedangkan pameran dan promosi di luar negeri lebih diarahkan untuk peningkatan ekspor, investasi, kerjasama industri dan pariwisata. Strategi promosinya harus luar biasa, jangan dengan skala kecil-kecilan seperti yang selama ini diadakan.

Di dalam negeri juga harus dibangun pusat-pusat icon belanja produk dalam negeri di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi. Java jazz telah berhasil menjadi icon yang sangat berhasil bagi Jakarta sebagai tempat pertunjukan musik jazz dunia di kawasan Asean. Ini akan berdampak positif bagi pengembangan pemasaran produk industri kreatif.

Pasar baru di Bandung telah berhasil menjadi icon belanja murah bagi masyarakat negeri Jiran Malaysia. Bayangkan kalau pusat-pusat icon bisa dibangun dengan suatu perencanaan yang matang, dibeberapa daerah di Indonesia.

Batam harusnya bisa dijadikan pusat icon belanja produk dalam negeri di wilayah barat Indonesia. Ada satu kawasan yang seharusnya secara by design disiapkan untuk tujuan seperti itu, di dalamnya termasuk pengembangan pusat icon wisata laut. Kesimpulannya adalah untuk mensukseskan progam nasional P3DN banyak hal yang harus dilakukan oleh bangsa ini.

Pendekatan strategis untuk membangun kekayaan nasional harus dilakukan dengan perencanaan yang baik dan komprehensif, tidak cukup hanya diakukan dengan kampanye saja. Ini harus merupakan bagian inti dari Marketing of Nation. Konteksnya adalah bahwa berarti semuanya harus berproses secara berlanjut dan konsisten.

Negeri ini dilirik oleh orang luar karena mereka percaya bahwa apa yang mereka cari hampir semuanya ada di negeri ini. Invesment grade diberikan kepada negeri ini dengan tujuan agar investor asing lebih baik mengembangbiakkan investasi di Indo karena pasar dalam negerinya magnitudenya besar, daya beli masyarakatnya makin tinggi dan lebih memungkinkan untuk membangun daya saing internasionalnya jika investasinya dilakukan di Indonesia.

Sepatutnya kalau negara dapat memfasilitasi untuk bersama dengan dunia usaha dan masyarakat membuat sebuah pendekatan strategis yang bertujuan untuk mengarahkan agar pengeluaran belanja konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah dapat dibelikan produk yang sudah dihasilkan di dalam negeri yang kualitasnya tidak kalah dengan barang impor.

Dengan pendekatan strategis semacam ini, magnitudenya untuk para investor nasional/global akan makin membesar untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Dengan strategi semacam ini dua hal akan kita dapatkan, yaitu 1) pasar dalam negeri tidak akan dibanjiri oleh produk impor dan 2) Kita bisa menjadi basis produksi barang-barang ekspor.***

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS