Membangun Kembali Kepercayaan
Oleh: Fauzi Aziz

ilustrasi
HAL yang paling berharga dalam kehidupan seseorang adalah kepercayaan. Begitu kepercayaan seseorang kepada orang lain hilang ditelan bumi, maka dia akan menjadi orang pertama yang menderita kerugian dalam perjalanan hidupnya. Karena itu, banyak pihak yang meyakini bahwa kepercayaan itu adalah aset intanglibe yang nilainya sangat tinggi dan akan dapat menaikkan nilai aset tangible seseorang apapun derajad dan kedudukannya di muka bumi.
Semua kita pasti mendambakan agar kita menjadi sosok atau figur manusia yang dipercaya ketika diserahi tanggungjawab sekecil apapun tugas yang harus diemban. Apakah tanggungjawabnya sebagai kepala rumah tangga, Ketua RT/RW atau sebagai kepala negara/kepala pemerintahan dalam satu negara, pada diri pasti melekat tanggungjawab untuk mengelola kepercayaan.
Jika tidak berhasil, resikonya sudah cukup jelas, yakni pupusnya kepercayaan kepada seorang pemimpin. Jangan biasakan membangun komunikasi hanya dengan sekedar obral janji karena kalau tidak terealisir kita akan menjadi manusia yang kehilangan kesempatan untuk bisa dipercaya oleh lingkungan dimana kita beraktifitas.
Menyampaikan pandangan dan pikiran adalah hak azasi yang dijamin oleh undang-undang. Begitu pula obral janji adalah hak azasi seseorang untuk mendapatkan dukungan dan pengakuan dari lingkungannya guna membangun kepercayaan. Karena kepercayaan itu adalah sebuah aset yang sangat berharga, maka pikiran dan tindakan yang akan dilakukan oleh seseorang dalam lingkup tugas dan tanggung jjawabnya tidak boleh dikerjakan dengan cara sembrono,waton njeplak,tetapi hasilnya tidak ada.
Dalam lingkup kebijakan publik jangan sampai terjadi tudingan bahwa pemerintah sibuk menghasilkan berbagai peraturan,namun tidak bisa dieksekusi di lapangan. Hal yang demikian banyak kita jumpai dan akibatnya adalah rasa kepercayaan publik kepada pemerintah menurun karena kebijakan yang dihasilkan tidak memenuhi harapan.
Fenomena ini sebenarnya hal yang jamak dan bisa terjadi dimana saja. Namun kalau kejadiannya berulang, pasti akan berdampak merugikan para pembuat kebijakan dan menurunkan kredibilitas kepemimpinan, baik dalam jabatan publik maupun jabatan privat.
Suka tidak suka, khususnya bagi siapa saja yang saat ini mendapat kepercayaan sebagai pemimpin atau sebagai para calon pemimpin tidak mengabaikan soal kredibilitas, integritas dan kapabilitas agar bisa menghasilkan kebijakan yang tepat dan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat.
Proses ini diharapkan akan bermuara pada terbentuknya kepercayaan masyarakat kepada para pemimpin .Oleh sebab itu,membangun kembali kepercayaan menjadi penting untuk disikapi secara positif agar gonjang ganjing dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak terjadi dalam intensitas yang tinggi.
Ongkos sosialnya terlalu mahal jika kondisi dis-trust terjadi dalam kehidupan yang seperti itu. ***