Majikan – Pemerintah – Buruh – May day
Oleh: Fauzi Aziz
TRIO “Libel” ini adalah ibarat bapak (pemerintah) dengan dua anaknya yang manis-manis, yakni yang bernama majikan dan buruh. Pemerintah sebagai bapak harus bisa mengayomi kedua anaknya. Harapan dan doa yang selalu dipanjatkan untuk kedua anaknya tersebut adalah sama, yakni agar keduanya bisa hidup sehat, rukun dan hubungannya harmonis.
Keduanya butuh asupan gizi yang cukup agar pertumbuhan fisik dan rohaninya berkualitas dan berkelanjutan. Si anak yang kedua bernama buruh, hari ini berulang tahun pada tanggal 1 Mei 2013. Selamat ulang tahun kawan, May Day bruur, semoga kehidupan kawan-kawan makin sejahtera, karena memang mereka memerlukan asupan gizi yang cukup agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya yang layak, manusiawi, berkelanjutan dan dari waktu ke waktu kualitas hidupnya harus naik kelas.
Tapi, nasib saudara kembarnya yang bernama si majikan memang lebih baik dibandingkan dengan si buruh, namun si bruur yang satu ini juga butuh tumbuh, agar bisa mengapitalisasi asetnya, sehingga bisa membantu saudaranya si bruur yang bernama buruh, yang sering usil, suka” jahil”, suka “nakal” dan adakalanya suka kurang sabar dan cenderung “tidak mau tahu” terhadap masa depan saudara kembarnya yang adakalanya juga sering menghadapi masalah.
Bisnis sedang lesu, utangnya banyak dan sebagian sudah jatuh tempo dan harus segera dilunasi, sehingga si majikan juga sepertinya menjadi “kikir” untuk membantu saudara kembarnya.
Celakanya, kepusingan si majikan ini oleh si buruh suka dianggap mengada-ada. Seperti percaya tidak percaya kalau si majikan yang notabene adalah saudara kembarnya benar-benar sedang menghadapi kesulitan yang mendalam. Hubungan di antara keduanya menjadi “terganggu” dan tidak harmonis pada situasi tertentu. Si bapak (pemerintah) harusnya bisa memberikan bimbingan dan mengasuh kedua anaknya agar hubungannya kembali harmonis.
Acapkali si bapak oleh si anak yang bernama buruh dianggap tidak dapat menjadi ayah yang baik. Perasaannya “berontak” dengan “emosional” menjadi setengah menghujat kepada bapaknya dengan mengatakan bahwa bapaknya tidak bijaksana, tidak adil, dan menuduh lebih memperhatikan si majikan, bahkan sempat menuduh bahwa bapaknya sering menerima asupan gizi dari si majikan.
Si bapak tentu tersinggung dan dengan sigapnya mengatakan kepada si bruur buruh yang centil dan nakal itu sambil berucap “ketus” ente tahu aturan nggak sih. Saya kan sudah membuat aturan, tolong dibaca dan dihormati. Negara ini terus terang butuh sosok seperti saudaramu yang bernama majikan untuk pertumbuhan ekonomi. Dia pembayar pajak negara yang besar dibandingkan ente. Ente tahunya hanya menuntut haknya saja, tapi kewajibannya kurang ente perhatikan. Yang seimbang donk dan tahu diri kenape.
Saling Membutuhkan
Cerita pendek ini hanya sebuah ilusi dan fiktif belaka. Harapannya hubungan antara bapak dan kedua anaknya tidak seperti itu. Anggap saja hiruk-pikuk yang sering terjadi hanya sekadar kembang-kembang kehidupan. Yang pasti ketiganya saling membutuhkan dan ketiganya butuh agar hidupnya berkelanjutan. Dan kalau berbicara soal keadilan, maka semua pihak harus saling memahami bahwa adil tidak berarti semua keuntungan “dibagi” rata.
Yang menciptakan keuntungan material yang besar, pasti harus menikmatinya paling banyak. Si buruh juga harus fair bahwa apa yang menjadi bagiannya harus bisa disyukuri sebagai karunia Tuhan. Cukup atau kurang adalah sesuatu yang relatif.
Jika mengharapkan sesuatu yang lebih dari yang didapatkannya sekarang semestinya bisa disampaikan dengan baik-baik, tidak usah dengan marah. Kalau si abang kepancing kan jadi repot semua. Apalagi kalau sempat mutung dan lebih baik pindah ke tempat lain, maka semua menjadi rugi. Boro-boro untung, malah semuanya menjadi buntung.
Aturannya yang dibuat oleh si bapak kalau memang ada yang kurang pas, ya bapaknya harus bisa perbaiki segera. Jangan ragu dan bimbang, segerakan UU tentang Ketenagakerjaan direvisi. Sekian tahun lamanya katanya macet. Bapak sekali lagi harus menjadi adil dan bijaksana. Sebab kalau tidak bersikap adil dan bijkasana akan berujung pada munculnya sikap tidak percaya dari kedua anaknya. Ragu dan bimbang hanya akan berujung menjadi bawang kalau dirajang tanpa hati-hati hanya akan menghasilkan linangan air mata yang sesungguhnya tidak perlu terjadi.
Semoga ke depan hubungan antara majikan, pemerintah dan buruh makin harmonis dan saling memberi manfaat yang proporsional sesuai dengan kemapuan masing-masing, terutama antara majikan dan buruh sebagai saudara kembar yang patut saling memanusiakan satu sama lain. Majikan, pemerintah, dan buruh adalah manusia biasa. Sikap yang patut diambil adalah harus bisa saling memuliakan.
Tidak perlu masing-masing pihak bersikap arogan dan emosional. Semoga dalam hubungan industrial di Indonesia tidak terjadi lagi kegaduhan, karena bangsa ini sebentar lagi akan menjadi gemah ripah. Bermanfaat bagi majikan, pemerintah, dan buruh. Sekali lagi May Day bruur. ***