Mahfud MD: Negara Diacak-acak Oleh Cecunguk-cecunguk dan Negara Diam Saja….

Loading

JAKARTA, (tubasmedia.com) –  Mantan Menteri Koordinator Lingkup Politik dan Hukum (Menko Polhukam), Mahfud MD merasa nasionalisme terlukai mengawasi situasi hukum di area Indonesia pada waktu ini. Negara didikte oleh bandit kemudian diam saja.

Hal itu disampaikan Mahfud MD di Rencana Terus Terang berjudul ‘Jangan Biarkan Negara Didikte Bandit’ yang diunggah di dalam kanal YouTube Mahfud MD Official, Selasa (14/1/2025).

Awalnya, mantan Menteri Kehakiman era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menyoroti sebagian perkara hukum di tempat Indonesia. Antara lain, persoalan hukum korupsi tata niaga komoditas timah yang tersebut merugikan negara Rp300 triliun, perkara pagar laut, persoalan hukum suap hakim yang mana melibatkan pejabat Mahkamah Agung (MA) Zarof Ricar, serta mobil dinas pejabat negara RI 36 yang tersebut Patwalnya dinilai arogan.

“Saya anu Mas, merasa apa ya, pertama kasihan terhadap rakyat, yang kedua apa ya, rasa nasionalisme saya itu merasa terlukai juga. Bukan hanya saja rasa ketidakadilan, rasa nasionalisme. Masak negara didikti oleh cecunguk-cecunguk begitu. Terluka saya. Ini adalah negara begitu besar, diatur oleh bandit-bandit kayak gitu negara diam, pura-pura nggak tahu,” kata Mahfud MD.

Ketika terjadi suatu kasus, kata Mahfud, banyak kali tiada ada pihak yang digunakan mengakui, bahkan saling lempar tanggung jawab dengan dalih bukan tahu. Padahal, menurut Mahfud, setiap urusan telah terjadi ada pembagian tugasnya.

“Bahkan untuk menerangkan mobil RI 36 hanya saling bilang tidak ada tahu coba. Nggak ada yang dimaksud berani menerangkan ini loh aturannya. Baru sesudah ribut dan juga mengelak, ada yang digunakan ngaku. Oh bukanlah saya itu, itu mobil saya tapi saya tiada ada pada situ,” katanya.

Mahfud menekankan bahwa mobil dinas pejabat tidaklah boleh dipakai orang lain, tanpa ada pejabatnya dalam dalamnya. Mahfud kemudian menceritakan belasan tahun memakai mobil dinas, istrinya tidak ada boleh naik mobil dinasnya tanpa ada dirinya.

“Apalagi anak, apalagi orang lain, apalagi preman yang mana duduk dalam situ, nggak boleh dong. Harus tahu dari menit ke menit, ajudan itu harus mencatatkan mobilnya dipakai siapa. Nggak boleh orang lain duduk pada situ,” tandas Mahfud MD.

“Nah ini jalan dikawal lagi kan, bilang nggak ada orangnya lah, nggak ada inilah, pejabat nggak jujur ini, pejabat nggak jujur. Tersinggung saya, negara kok jadi kayak gini, jadi kayak kampungan,” tandasnya. (sabar)

CATEGORIES
TAGS