Mabes TNI Takut Sama Prabowo, Selamat Ginting; Dalam Kasus Teddy, Tak Berani Mengatakan ‘’No Sir’’ Kepada Presiden
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Pengamat politik dan militer Universitas Nasional, Selamat Ginting juga turut menyoroti posisi Teddy Indra Wijaya sebagai Sekretaris Kabinet.
Selain itu juga dia mengkritik kenaikan pangkat Teddy yang saat ini sudah berstatus sebagai kolonel.
Harusnya kata dia, Teddy tahu diri. Dia membandingkan dengan langkah Agus Harimurti Yudhoyono yang tidak melakukan percepatan kenaikan pangkat.
“Teddy harusnya tahu diri gitu loh. Misalnya AHY, dia tidak melakukan percepatan padahal dia anak mantan presiden. Kurang apa dia menduduki posisi komandan batalyon yang tinggal beberapa bulan lagi dia jadi letnan kolonel tapi dia pensiun,” kata Selamat Ginting dikutip Indonesia Lawyers Club, Sabtu, (15/3/2025).
Ditegaskan, Teddy juga harus mengikuti proses itu. Bukan sembarangan tiba-tiba menjadi mayor dan letkol, itu dua kenaikan yang aneh kata dia.
Sehingga dia berharap agar Presiden Prabowo Subianto dapat mengambil langkah untuk pensiunkan dini Teddy Indra Wijaya.
“Pak Prabowo, pensiunkan dini Teddy. Dengan cara teori hubungan sipil militer yang sangat pragmatis yang dilakukan terutama di era Jokowi dan di awal-awal presiden Prabowo kena virus seperti itu jadi kita harus ingatkan,” tegasnya.
Dia mengungkit era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kala itu, pilkada Sulawesi Selatan rusuh karena dua kandidat, gubernur dan wakil gubernurnya bertarung.
Disitu Sulsel rusuh maka Mayor Jenderal Achmad Tanribali Lamo, asisten personil kepala staf angkatan darat ditarik oleh presiden SBY menjadi staf ahli Kemendagri.
Disitu Tanri Bali Lamo dipensiunkan, dialih fungsikan statusnya baru jadi Pj Gubernur Sulawesi Selatan.
Harusnya Teddy Tau Diri
“Caranya cantik gitu. Sama misalnya AHY, dia tidak dilakukan percepatan padahal dia anak mantan presiden. Kurang apa dia menduduki posisi komandan batalyon yang tinggal berapa bulan lagi dia menjadi letnan kolonel tapi dia pensiun,” ujar mantan bankir ini.
Saat AHY maju pilkada Jakarta Februari 2017, padahal 1 April seharusnya sudah menjadi letnan kolonel, dengan sikap gentlenya, AHY memilih mundur dari TNI.
Menurutnya, yang seperti ini harusnya Teddy tahu diri. Dia juga mengungkit soal Kolonel KKO Bambang Widjanarko, ajudan presiden Soekarno dulu ditawari naik pangkat brigjen oleh presiden Soekarno, tapi ditolak.
“Kenapa, saya belum sesko pak. Saya malu presiden, karena saya belum sesko, teman-teman saya nanti menertawakan saya, malu saya menggunakan pangkat jenderal. Saya tidak berhak,” tutur Ginting seolah meniru perkataan Bambang Widjanarko.
Apalagi di dalam pendidikan ada yang namanya bertahap, bertingkat, berlanjut. Karena itu Teddy harus mengikuti proses itu.
“Bukan sembarang tiba-tiba menjadi mayor, menjadi letkol, itu dua kenaikan yang aneh. Jadi saya kira ini harus diingatkan pak Prabowo, pensiunkan dini Teddy. Atau kalau tidak mau pensiun dini, ya sudah jabatan seskabnya itu diambil lalu dia dikembalikan saja menjadi asisten ajudan presiden. Karena untuk menjadi ajudan presiden adalah letkol senior atau kolonel,” jelasnya.
Lebih lanjut dia mencontohkan TB Hasanuddin pernah menjadi ajudan presiden Bj Habibie juga paham betul terkait aturan itu.
Seorang Teddy itu lanjut dia juga tidak berhak untuk menjadi ajudan presiden. Cara-cara Teddy bekerja dalam mendampingi presiden Prabowo juga bukan tugas seskab. Seskab betul-betul tidak pernah dia kerjakan.
Itu layaknya betul-betul masih seperti asisten ajudan presiden karena cara berpikirnya mayor. Selamat Gunting masih menganggap Teddy seorang mayor
Apalagi teman-teman seangkatannya baru menjadi mayor 1 April 2025. Karena untuk menjadi mayor paling cepat 14 tahun kalau sudah di kelapa dua. Kalau tidak, 16 tahun, 18 tahun. Jadi ada aturan.
“Jangan kemudian Mabes TNI melabrak itu dan jangan-jangan takut dengan presiden Prabowo sehingga tidak berani mengatakan No Sir kepada presiden Prabowo. Inilah di lingkungan presiden Prabowo asal bapak senang itu menurut saya pelan-pelan harus disingkirkan,” tandasnya. (sabar)