Kesiapan SDM Indonesia Sangat Mengkhawatirkan

Loading

Laporan: Redaksi

Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Kementerian  Perindustrian, Moejiono

Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Kementerian Perindustrian, Moejiono

JAKARTA, (tubasmedia.com) – Kesiapan tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM) Indonesia memasuki Pasar Tunggal ASEAN (PTA) 2015 benar-benar sangat mengkhawatirkan. Penyebab utamanya, tingkat produktifitas tenaga kerja terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sangat rendah.

‘’Selain itu, hampir tidak ada pihak yang peduli akan mutu SDM kita. Siapa? coba, siapa yang memikirkan mutu tenaga kerja kita, endak ada kan. Semua sibuk mengurus kepentingan diri atau kelompoknya sementara tenaga kerja kita dibiarkan saja berkembang sendiri tanpa ada penanganan serius,’’ kata Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Kementerian Perindustrian, Moejiono dalam obrolan dengan tubasmedia.com di kantornya kemarin.

Sebelumnya, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar menyatakan saat ini sumber daya manusia (SDM) Indonesia dalam keadaan darurat. Indonesia kekurangan tenaga kerja profesional yang memiliki keterampilan dan kompetensi kerja serta berdaya saing tinggi dalam pasar kerja.

“Kebijakan peningkatan SDM Indonesia masih berkutat pada wajib belajar 6 tahun hingga 9 tahun.Padahal hal ini tidak akan mampu meningkatkan kompetensi kerja SDM Indonesia dalam menyongsong Pasar Tunggal ASEAN atau AEC 2015,” kata Menakertrans Muhaimin Iskandar dalam keterangan pers di Jakarta pada Rabu silam.

Pernyataan Menaker tersebut kata Mujiono benar. Tapi apa langkah dan upaya untuk mengatasinya agar SDM nasional kita bisa eksis, khususnya menghadapai PTA 2015. Sebab tidak bisa ditolak lagi, kalau 2015, tenaga kerja asing dari negara ASEAN akan mengalir ke Indonesia untuk mencari lapangan pekerjaan.

Jelas, lanjut Mujiono SDM asing jauh lebih terampil dibanding Indonesia. Disebut misalnya, tenaga kerja Philippina dan Thailand sudah dipersiapkan pemerintahnya untuk menyerbu Indonesia. Para tenaga kerja yang akan dikirim ke Indonesia saat ini sudah dipersiapkan antara lain mempelajari bahasa Indonesia.

Dengan penguasaan bahasa Indnesia ditambah keterampilan di bidang lainnya, mereka akan lebih unggul ketimbang SDM Indonesia sementara SDM Indonesia bersaing di negeri sendiri saja belum mampu. Buktinya hingga kini tercatat 7,1 juta rakyat Indonesia menyandang status pengangguran.

Padahal, katanya, lapangan pekerjaaan di sektor industri, Indonesia setiap tahun membutuhkan 400.000 tenaga kerja, tapi lapangan pekerjaan itu sulit untuk diisi tenaga kerja Indonesia yang kini sedang menganggur. Pasalnya, mereka pada umumnya tidak memiliki keterampilan atau kompetensi.

Karena itu kata Moejiono, seluruh lembaga pendidikan khususnya balai-balai diklat di dalam negeri sebaiknya menerapkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sektor industri. ‘’Istilahnya jemput bola dimana dunia pendidikan tidak lagi sekedar membuat siswa pintar tapi kepintaran mereka itu memang sedang dibutuhkan lapangan pekerjaan. Istilahnya kurukulum itu berbasis kepada standar kompetensi,’’ jelasnya.

Kalau seluruh diklat di dalam negeri sudah menerapkan standar kompetensi, Moejiono yakin tidak akan lagi lulusan perguruan atau sekolah yang menganggur karena bidang yang dipelajai memang ilmu yang sedang dibutuhkan lapangan pekerjaan.

Dengan demikian katanya, sederas apapun nantinya serbuan tenaga kerja asing ke Indonesia, kalau seluruh lulusan pendidikan sudah mengantongi sertifikat uji kompetensi, seperti yang sudah dia terapkan pada seluruh Satker yang ada di bawah binaan Pusdiklat Kementerian Pendidikan, seluruh lapangan pekerjaan sudah kita isi sehingga serbuan asing tidak akan mempan lagi. (sabar)

CATEGORIES
TAGS

COMMENTS