Industri Plastik Nasional Berada di Ambang PHK
JAKARTA, (tubasmedia.com) – Tekanan terhadap sektor manufaktur saat ini makin meluas. Selain sektor seperti tekstil dan alas kaki, sektor industri hilir petrokimia terutama produk plastik juga mengalami tekanan.
Ketua Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiono menyebut industri plastik tanah air saat ini sudah berada di ambang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), karena serbuan barang impor asal China dan penurunan daya beli masyarakat.
“Industri plastik nasional berada di ambang PHK. Karena kalau kita lihat sekarang ini memang ada beberapa faktor ya, terutama memang barang jadi impornya itu terlalu banyak. Kedua, memang daya beli lagi nggak bagus,” kata Fajar di Jakarta, Jumat (13/9/2024).
Dengan kondisi industri yang sudah di ambang terjadi PHK, Fajar mengatakan, saat ini pabrik plastik nasional sudah mulai mengurangi jam produksinya. Di mana saat ini, katanya, jam produksi sudah dipangkas hanya jadi 16 jam, dari sebelumnya 24 jam.
“Saat ini memang belum ada pabrik plastik nasional yang tutup, cuma mengurangi jam produksi. Pabrik plastik ini kan seharusnya 24 jam jalannya, tapi untuk barang-barang tertentu yang bisa tidak 24 jam mereka sudah mengurangi jadi 16 jam. Jadi cuma dua shift saja, yang seharusnya tiga shift,” ujarnya.
Ia mengatakan, pabrik plastik hilir merupakan industri padat karya, di mana industri tersebut menyerap banyak tenaga kerja. Sehingga, apabila terjadi penutupan pabrik maka dampaknya akan terjadi PHK massal, seperti yang terjadi di industri atau pabrik tekstil.
“Pabrik plastik hilir itu padat karya. Itu akan terjadi PHK massal, mirip seperti pabrik tekstil dampaknya,” kata dia.
Oleh karena itu, dia berharap kepada pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto untuk mulai mempersiapkan strategi atau kebijakan yang pro terhadap industri mulai dari sekarang ini, supaya tidak tertinggal momentum pemulihan di bulan Januari-Februari menjelang Puasa dan Lebaran Idul Fitri.
“Kalau kita mengharapkan pemerintahan yang lama sudah nggak mungkin, karena waktunya tinggal sedikit. Nah kita bersuara mengharap pemerintah yang baru, kalau bisa start dari sekarang, jangan pada saat nanti serah terima. Karena momentumnya itu ada di Januari-Februari menjelang bulan Puasa dan Lebaran. Itu momentum untuk recovery, kalau itu lewat agak panjang, sementara targetnya pemerintah baru kan 8% pertumbuhannya. Wah berat sekali kalau bulan Januari-Februari ini lewat, berat,” ujarnya.(sabar)