Industri Aluminium Indonesia, Berskala Dunia

Loading

images.jpg2

Oleh : Ir Lintong Manurung MM

 

PENGEMBANGAN usaha dan industri aluminium Indonesia sudah memasuki babak baru karena dengan kebijaksanaan dan strategy yang tepat, kita sudah siap untuk  memasuki bisnis aluminium berskala besar dan akan memberikan kontribusi yang besar dalam perekonomian dunia.

Potensi cadangan bauxit di Indonesia yang sangat besar, yang diperkirakan mencapai 7,3 miliar ton merupakan salah satu cadangan bauxit terbesar di dunia dan suksesnya pembangunan.

PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (PT WHWAR) yang merupakan perusahaan joint venture  Harita Group (Indonesia – 30 %) dengan pihak Asing (China & HK – 70 %) adalah perusahaan pertama yang sukses membangun pabrik pemurnian dan pengolahan bauxit menjadi Alumina di Ketapang, Kalimantan Barat, akan merupakan awal bergeraknya peranan para  pelaku usaha yang erat hubungannya dengan usaha yang terkait dengan aluminium di pasar dunia.

Produksi PT WHWAR pada tahap pertama  tahun 2017, akan dapat  berproduksi 1 juta ton alumina/tahun dan tahap II akan berproduksi 2 juta ton alumina/tahun dengan menggunakan bahan baku bauxit dari cadangan bauxit milik Harita Group dan perusahaan-perusahaan IUP bauxit lainnnya yang beroperasi di Kalimantan Barat.

Dengan dibangunnya pabrik alumina ini, masalah terputusnya keterkaitan dalam mata rantai produksi  pembuatan aluminium sejak dibangunnya PT Inalum, pabrik pembuatan aluminium ingot di Asahan Sumatera Utara terjawab sudah.

Tadinya hasil tambang bauxit secara besar-besaran kita ekspor ke China dan Jepang sedangkan kebutuhan bahan baku alumina untuk PT Inalum kita impor dari Australia.

Sekarang, bauxit, bahan baku alumina sebagai bahan setengah jadi  dan aluminium sebagai bahan jadi berupa produk aluminium ingot, sudah sepenuhnya diproduksi di dalam negeri.

Suksesnya pembangunan PT WHWAR ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang tegas dan konsisten untuk menerapkan UU No 9 Tahun

Namun  dengan berhasilnya pembangunan PT WHWAR ini, muncul masalah dan tantangan baru di depan  dan masih menyisahkan permasalahan yang belum terselesaikan, antara lain:

1) Pelaku usaha aluminium di dalam negeri harus membangun jaringan  yang baik dengan perusahaan-perusahaan MNC di bidang aluminium untuk menyusun strategi bisnis yang baik.

2) Membangun industri hilir aluminium yang dapat menghasilkan aluminium paduan (aluminium alloy) untuk menghasilkan produk dan komponen aluminium yang presisi dan berkualitas tinggi.

3) Pemerintah harus segera  menetapkan kebijakan yang mengatur:

a) pemasaran hasil produksi dari perusahaan IUP yang sudah membangun smelter dan menghidupkan kembali kegiatan produksi perusahaan pemilik IUP yang sudah tutup, yang mengakibatkan 40.000 karyawan terkena PHK.

b ) Ekspor bauxit  bagi produsen alumina yang sukses membangun smelter, supaya tidak menjadi alasan untuk ekspor bauxit secara besar-besaran.

c) Ketersediaan dan keberlanjutan industri yang berbasis bauxit di dalam negeri seperti pabrik aluminium sulfat dan lain-lain. (penulis adalah Ketua Umum DPP Jaringan Pemerhati Industri dan Perdagangan (JPIP)

CATEGORIES
TAGS